Jika pada akhir waktu, rasa hati tidak aku ungkapkan, aku akan tetap berusaha membuatnya hidup dalam tulisan-tulisanku.

Sunday, March 20, 2016

Terkadang Kembali itu Menjanjikan Bahagia yang Tak Terkira

Saat ini yang kuridukan…

Semacam malu dan rindu dengan barisan kata yang dulu sempat menjadi kepingan yang kususun dengan cinta setiap harinya. Asal mereka tau, seorang Hany Nurulhadi rindu mengabadikan rasa dan menenggelamkan diri sendiri dalam lautan kata hingga menepikan detik yang terus berjalan maju meninggalkannya.

Bodoh! Tidak akan sang waktu dengan cuma-cuma memberikan kesempatan diriku untuk menjabarkan banyak hal yang telah kulalui selama ini, apalagi dengan ala kadarnya.

Aku harus memiliki cara lain agar bisa merangkum segala rasa dengan seapik mungkin. Aku ingin lagi-lagi semesta bertemu dengan barisan kata milikku yang selama ini berpergian jauh. Masih kah kau disana wahai semesta kata?

Saat ini aku ingin menemukan lagi metode pengabadian waktu yang terindah, yang telah lama kusingkirkan sendiri dalam belasan bulan lamanya.

Saat ini aku juga masih merasa pantas untuk bercerita tentang cinta yang berlalu-lalang di kalam hati. Tentunya mungkin dengan subjek yang berbeda karena pada akhirnya aku mulai mampu untuk memberikan sentuhan cinta di semua hal yang aku temui, aku lakukan, dan aku perjuangkan.

Sedikit berbeda, aku harus lebih bekerja ekstra untuk benar-benar merasakan bahagia yang sangat utuh dan begitu jernih, hingga aku mampu untuk bercermin melihat wajahku sendiri, seolah-olah aku mampu melihat garis-garis bibirku yang tersenyum.

Hany, apakah tidak ada lagi bahagia yang sederhana, yang pernah ditemukan waktu dahulu?

Bukan, bukan karena sekarang aku lebih nelangsa. Mungkin saat ini banyak deretan pilihan yang harus aku perjuangkan dengan sedikit mepikan beberapa kebahagiaan yang biasanya cukup mudah hadir di tengah-tengah tenang, maupun penat sekalipun.

Akan selalu ada kesederhanaan dalam bahagia di kamusku. Hanya saja saat ini beberapa membuatku lebih kuat dengan cara merumitkan helai-helaian bahagia yang kupunya, agar kuperjuangkan untuk bisa kudapatkan utuh lagi bahagia tersebut.

Aku ingin memulainya lagi, menenggalamkan diri dalam lautan kata, membiarkan jiwa ini hanyut dengan cinta sebagai arusnya. Aku ingin untuk tidak memendamnya lagi…

Salam rindu, kata… 
Dan kamu, Laras :)


Thursday, December 4, 2014

Finish The Book of 2014


The Last Chapter



Maaf,

Untuk syukur yang jauh dari sempurna

Untuk keluh kesah yang tak pernah absen

Untuk bahagia dariku yang belum begitu nyata

Untuk rasa yang tercipta begitu saja


Terima kasih,

Untuk satu tahun yang memiliki banyak rasa

Untuk dua belas bulan yang menorehkan warna

Untuk tiga ratus hari yang melukis senyum

Untuk berjuta detik yang memberikan arti


Selamat tinggal,

Kamu...

Kita...

Waktu milik kita...



Selamat menanti kembali...




Friday, November 21, 2014

Bukan Kembali


Sesuatu yang mungkin sedang direncanakan oleh jarak dan waktu,




Jarak itu lucu.
Jarak itu seperti mengajakku bercanda, bahkan meledek diriku.
Aku tidak tau apakah kamu beranggapan sama denganku atau tidak.

Jika masih boleh mengingat tahun itu,
Aku seperti berada dalam dimensi itu lagi, menulis tentang dirimu, menangisi perpisahan kita, dan menyesali keputusanku.
Menyedihkan memang, namun penuh rasa dan harapan pada saat itu.

Aku benci sekali dengan diriku yang meninggalkanmu.
Aku benci sekali menghadapi jarak ketika aku hanya mampu melihatmu dalam sedih, atau bahkan jenuh karena jauh yang aku ciptakan ini.
Aku benci dengan diriku yang tidak berada di sisimu, memelukmu, menyatukan jari-jemari kita berdua, saling menatap kemudian tersenyum, dan kebiasaan lainnya yang aku rindukan.
Aku benci sekali dengan keputusan aku untuk perpisahan yang kamu iyakan.
Aku benci dengan diriku yang terlalu mencintaimu.
Aku benci dengan diriku yang selalu menunggumu.


Dan setelah mereka datang kemudian pergi lagi, 
mereka yang belum mampu menempatkan singgasana yang kamu tinggalkan.
Jarak menyapaku kembali,
Dengan membawamu,

Mungkin ini permainan waktu,
Menemukan aku dan kamu dalam satu tempat dimana kita saling mencintainya.
Kembali?
Bukan. Kamu tidak menyusulku.
Kamu sedikit berbeda, kamu sedikit membuatku lelah untuk mengenalmu lagi.
Namun, semua itu tidak berarti apa-apa dibandingkan sesuatu yang masih aku jaga sampai saat ini.

Yang aku pikirkan di tengah-tengah rinduku padamu saat ini,
Sesuatu yang mungkin
sedang direncanakan oleh jarak dan waktu

...
...
...
...

Menemukan kita berdua tanpa menyatukannya.




Tuesday, July 1, 2014

Menyapa

Selamat menunaikan ibadah di bulan Ramadhan bagi yang menjalankannya :)

Apa kabar pembaca? Duh, lupa menyapa kalian sebelum mem-posting Kota Kita. Nah, kali ini saya ingin menyapa kalian lagi nih, menanyakan kabar kalian, kesehatan kalian, sampai status kalian #eh. Gimana yang baru lulus dari bangku SMA seperti saya, sudah mendapatkan universitas? Masih berjuang? Masih menunggu pengumuman ujian ya? Hahaha ya ini lah yang sedang saya rasakan, menanti pengumuman SBMPTN dan UTUL UGM. Untuk kalian yang telah mendapatkan universitas jangan lupa melakukan sesuatu yang bermanfaat lebih banyak lagi, jangan sampai waktunya cuma dipakai untuk tidur dan menunggu azan magrib. Untuk teman-teman yang senasib dengan saya, jangan lupa tetap tawakal dan optimis sama hasil tesnya, optimis dalam arti apapun hasilnya percaya bahwa itu terbaik menurut Allah SWT.

By the way, saya menulis Kota Kita karena baru saja mantan kekasih saya ke Jogja #ciye hehe. Bukan, bukan sengaja mengunjungi saya kok. Dia kemari karena mengikuti tes keterampilan di salah satu universitas negeri dan mendaftar salah satu universitas swasta di sini. Alhamdulillah, kami masih dapat menjaga hubungan dengan baik sampai sekarang, hingga saya masih bisa menemaninya untuk sekedar makan di sudut kesayangan saya di Jogja :)

Selama hampir satu bulan ini, saya memang writeless sekali. Ada banyak hal yang ingin saya bagikan kepada kalian, dari puisi cinta yang biasanya sampai saran-saran sederhana untuk adik-adik yang masih di bangku SMA.

Menjadi pengangguran total setelah lulus SMA sampai bulan September? Duh, jangan dong! Nah, kalimat itu untuk saya sendiri. Sebelumnya saya lumayan bingung bagaimana mengendalikan waktu yang sepertinya sia-sia apabila saya habiskan dengan malas-malasan di rumah. Walaupun di kamar saya masih dapat membaca buku, menulis, atau memantau sosial media, saya tetap membutuhkan kegiatan yang lain. Akhirnya, saya mulai membuat to-do list berikut ini:

Renovasi kamar
Hore! Sudah hampir selesai, tempat tidur dan meja laptop sudah berubah posisi, poster The Beatles dan John Lennon yang sempat lepas sudah ditempel kembali, menempel foto kenangan sewaktu SMP dan beberapa notes di tembok, dan sekarang kenyamanan kamar meningkat 50% :)

Bersihin laptop
Maksudnya itu membersihkan dari ancaman virus, kebetulan punya teman yang jago di bidang ini kan lumayan menyembuhkan laptop yang mulai melamban ini #hiks

Bedah buku dan pakaian
Rencananya sebagian buku-buku pelajaran dan kamus akan saya jual karena rekening butuh asupan (ini sekalian promosi). Nah, untuk pakaian saya sepertinya ingin membuat semacam online shop untuk menjual sebagian baju yang sudah tidak saya pakai lagi. Saya juga menyisihkan beberapa untuk saya sumbangkan insha Allah terlaksana deh aamiin

Buat rekening di bank
Sebenarnya saya sudah memiliki rekening dua bank, yang satu masih atas nama bapak dan yang satu lainnya atas nama teman saya. Rencananya saya ingin membuat yang atas nama saya.

Kaos The Beatles
Eh ini mah bukan to-do list ya, mungkin lebih ke priority hehe

Belanja buku
Hore! Ini juga sudah terlaksana :)

Join @RBIB_Jogja
Insha Allah saya berniat untuk menjadi volunteer di kegiatan mengajar anak-anak di pinggiran kali Code ini. Untuk teman-teman yang berniat juga bisa menghubungi 0878 2230 3000 rbibjogja@gmail.com, kegiatan akan dilaksanakan lagi tanggal 23 Juli untuk buka bersama. Lengkapnya kalian bisa follow akun twitter-nya ya :)

Buka bersama
Saya rasa ini kegiatan rutin kalian juga selama bulan Ramadhan hehe

Semoga masih ada kegiatan lainnya yang bisa saya lakukan, seperti stand up comedy show, pameran, bazaar, pembacaan puisi, dsb. Sampai disini dulu aja ya, terima kasih sudah membaca curhatnya saya hehe :)


Sunday, June 29, 2014

Kedatanganmu (lagi)

Kota Kita



Ini tidak frontal, aku belum menyebutkan nama lengkapnya, maupun nama kesayangannya. Aku hanya ingin bercerita pada kalian tentang malaikat pelupaku. Jika dia membacanya, setidaknya dia tau apa yang aku rasakan, yang tidak mampu aku ungkapkan.


Hai malaikatku, mungkin kah kamu sedang mencoba mengingatku?

Aku masih ingat memberikan kata ‘pelupa’ di belakang kata malaikat untuk dirimu. Iya, ketika kita masih saling memiliki. Ketika itu kamu sedikit membuatku bersedih dan lupa untuk menciptakan senyum di bibir kita bersama. Ah, sudah lah aku telah berdamai dengan masa lalu kita yang begitu manis.

Andai saja semesta mengizinkan aku untuk menyebut lengkap namamu, tiga kata dari nama lengkapmu, dan tiga huruf nama panggilan kesayangan dariku untukmu. Benar, semesta tidak mengizinkannya, tetapi aku tidak dilarang untuk menceritakan tentang kamu, aku, dan kita untuk ke sekian kalinya.

Aku tidak bisa menerka berapa kali kamu jatuh pada hati orang lain setelah kita saling memutuskan untuk tidak lagi bersama. Aku juga tidak pernah ingin cari tau bagaimana kamu jatuh, seberapa lama, dan berpisah seperti apa. Bukan, bukan karena aku tidak lagi peduli denganmu. Entah, aku masih merasakan nyeri yang sama di dalam hati ini jika semesta menyadarkan aku bahwa kamu sudah memiliki dan dimiliki orang lain, mungkin aku yang belum sepenuhnya melepaskanmu atau rasa ini yang sudah mengakar kuat di kalam hati. Tak bisa dipungkuri, beberapa yang menetap di hati aku tidak pernah sanggup menyingkirkanmu di ruangan spesial hati ini.

Kita dipisahkan bukan karena kita saling menyakiti, bukan karena pertengkaran, bahkan karena perselingkuhan. Aku ingat benar bagaimana kita saling menyayangi, bagaimana kamu menyanyikan aku sebelum tidur, bagaimana kamu memelukku dengan begitu hangat, bagaimana kamu tersenyum untuk menghiburku, aku rindu memiliki kita, memiliki kamu. Dulu aku berpikir bahwa kita adalah pasangan yang akan selalu bersama, aku teramat mencintaimu dan menyayangimu, kamu pun begitu, aku selalu percaya itu. Kita juga selalu dan telah berangan tentang masa depan kita.

Aku mencintaimu dan mencintai kita. Aku menyayangimu dan menyayangi kita.

Kecewa adalah kata yang berkawan dekat dengan diriku akhir-akhir ini. Aku teringat, terakhir kita bersama, aku telah mengecewakan kita karena keadaanku, karena jarak yang aku ciptakan. Kamu tau? Aku sempat menyesal pernah memutuskan untuk pergi jauh dari kota kita yang dulu, andai saja kamu telah bersamaku sebelum aku memutuskannya. Namun, sekarang aku mulai menemukan alasan-alasan Allah yang sebelumnya tidak aku sadari.

Terima kasih, malaikatku. Terima kasih untuk detik yang kamu relakan untuk menengok aku, menengok kita. Terima kasih untuk mengajak lagi rasa ini bermain sejenak. Lebih dari 200 hari aku tidak melihat sosokmu secara nyata, menyentuhmu, dan mencium aroma tubuhmu yang aku suka sedari dulu.

Kamu datang ke kota istimewa ini, kota yang pernah kita jadikan mimpi kita berdua.

Kamu datang ke kota cinta ini, kota yang menjadi tempatku untuk mencintaimu dari kejauhan.

Kamu datang ke kota manis ini, kota yang pada akhirnya memberikan memori manis untuk kita berdua.

Kamu tidak pernah berubah, malaikatku. Hanya saja kamu bukan kamu milik aku yang dulu.

Malam itu, aku perkenalkan sudut manis kota ini, aku perkenalkan dengan kopi yang kamu suka, aku perkenalkan sudut-sudut kota yang berkaitan dengan kehidupanku, aku perkenalkan aroma cinta yang berada di sekeliling kita malam itu, dan aku sangat mensyukuri pertemuan kita yang singkat itu. Andai kamu mengerti bahwa aku sempat mengenalkan tempat dimana aku berdiam untuk melepaskan kita.

Aku bersyukur bisa menepati janjiku untuk membawamu ke tempat dimana kamu pasti menyukainya. Aku menyukai dimana kamu masih saja membawa beberapa memori kita yang dulu, kamu tidak sungkan untuk makan makananku dan minum minumanku, kebiasaanmu waktu kita bersama. Aku merindukannya, malaikat.

Aku bersyukur bisa berjalan di sampingmu lagi, di samping jagoanku, di samping calon imamku dulu, di samping penyanyi dan drummer terbaikku, di samping malaikatku yang pelupa dan lucu, di samping pelatih renangku yang spesial, di samping calon ustadku dulu, di samping laki-laki kesayanganku yang rela pipinya aku cubit, di samping laki-laki yang masih aku sayang.

Aku bersyukur, masih bisa menemukan senyummu, tawamu, dan candamu. Aku masih bisa sedikit mencium aroma tubuhmu, walaupun aku sempat mengurungkan niat untuk memelukmu dari belakang, seperti keinginanku dulu, kamu ingat?

Sejak kita tidak lagi bersama, aku tidak pernah berharap kamu untuk menepati janji menyusulku ke kota istimewa ini. Aku hanya masih menyadari rasa yang masih betah untuk menempati ruangan itu.

Aku tidak pernah mengerti alasan Yang Mahacinta mengizinkan sosokmu tinggal di ruangan spesial hati ini ketika beberapa yang lain mencoba untuk meninggalkan rasa di hati ini. Mengapa Dia tidak mengizinkan aku untuk melepaskan kamu secara utuh? Bahkan sampai saat ini, saat aku menulis ceritamu ini.


Malaikat pelupaku, aku tidak pernah berharap dengan kesempatan kedua yang mungkin akan datang, terlebih jarak. Aku hanya ingin menengok sebentar ke dalam hatimu, apakah masih ada sosok aku dan kisah kita?

Aku masih menunggu.