Jika pada akhir waktu, rasa hati tidak aku ungkapkan, aku akan tetap berusaha membuatnya hidup dalam tulisan-tulisanku.

Sunday, July 21, 2013

Yang Mengekor di belakang Kata dan Rasa Cinta

Banyak dari kita mencintai seseorang bersama alasan yang mengekor di belakang kata cinta.

Cinta hanya ingin berjalan sendiri.

Bukan egois dan sok berani.

Jika kita mencintai seseorang bersama alasan, cinta itu tumbuh (hanya) karena adanya alasan.

Cinta itu katanya tak terbatas, tak memiliki sekat dan ujung.

Lalu, bagaimana dengan kata ‘mengapa’ atau si alasan yang mengekor?

Perlahan...
Dia dapat hilang bersama waktu, menghancurkan cinta.
Dia dapat terbang, terbawa oleh angin, mengusir dia di sudut hati.

Mungkin alasan itu hanya hidup untuk sementara bersama cinta.

Alasan itu pergi, masihkah cinta itu bersama kita? Masihkah kita ingin merawatnya?

Bersama tulisan ini, aku hanya ingin dirinya tau...

Aku yang selalu berusaha membisikkan perhatian-perhatian kecilku.

Aku yang selalu berusaha ikhlas membiarkan semua rasa tidak bersuara.

Bahwa,

Aku adalah seseorang yang tidak pernah bisa menemukan ‘kapan, bagaimana dan mengapa” aku mencintainya.

Bukannya mengusir alasan, yang aku tau, dia telah membiarkan aku menempatkannya di sudut hati ini.

Dan dia akan tau, bahwa dia dicintai seseorang yang tidak pernah menemukan ekor alasan di belakang kata dan rasa cintanya.

Sebuah Jawaban dan Realita Cinta dalam Diam

Beberapa waktu yang lalu seseorang temanku membuat post di blog -nya. Dia memberi beberapa pertanyaan atau pilihan yang berhubungan dengan cinta dalam diam.

Membacanya sejenak dan aku pun tersenyum. 

Kita tentu sering meneruskan langkah yang sebenarnya kita tau, kita paham dan kita sadar bahwa langkah itu belum tepat. Semua terjadi hanya karena kita terlalu takut dan tidak membiarkan diri kita melangkah di jalan lain. Dalam hal ini, ego kita tertunduk lemah dengan si resiko, hal yang paling ditakuti.



Jatuh cinta.

Cinta dalam diam.

Mencintai diam-diam.

“Karena jatuh itu syarat untuk mengenalnya, mengenal sakit.”

Memang, di luar sana banyak sekali orang yang berhenti dalam langkah ini, mengungkapkan cinta. Terkadang, rela mempersilahkan sakit bersamanya.

Bukan perkara yang mudah. Mengapa?

Terkadang,

Cinta memang harus lelah, berjalan perlahan atau merangkak sekalipun. Cinta hanya ingin bersama dengan kata ‘yakin’.

Cinta ingin benar-benar bisa berdiri dan menyadari semua rasa, lalu hidup bersama dan merawatnya.

Bukan cinta, kalau cinta itu hanya terungkap karena ambisi dan ego ingin mengikat.

Membuat cinta benar-benar bisa berdiri mungkin kita harus sedikit diam atau banyak sekalipun.
Bukan, bukannya bermaksud egois dalam memendam rasa.

Dicintai adalah hak semua orang dan mereka berhak untuk tau.

Untuk mengungkapkan rasa, hal-hal yang membuat kita bertahan dan berhenti di langkah ini adalah sebuah takut.

Beberapa dari kita mungkin takut cintanya tak berbalas.

Tapi...

Untukku, aku hanya takut rasa ini justru hanya akan menodai kertas cerita yang sudah terlanjur ada karenanya dan dibuat bersamanya.

Aku takut, membicarakan perasaan bukanlah hal yang terpenting di antara aku dan dia.

Mencintai dalam diam tidak pernah membuatku merasa terbebani. Aku hanya berusaha untuk selalu ikhlas mencintai.

Karena aku percaya...

Setelah diam, perlahan aku akan membuat cinta ini berbisik kepadanya.

Jika semesta dan waktu-Nya masih bersama aku dan dia,
 mungkin cinta ini akan berbicara. 

Dan dia akan tau, bahwa dia dicintai seseorang yang merawat cintanya sejak cinta itu tidak sama sekali bersuara, diam.