Jika pada akhir waktu, rasa hati tidak aku ungkapkan, aku akan tetap berusaha membuatnya hidup dalam tulisan-tulisanku.

Monday, May 12, 2014

Menjadi Memori

Perkenalkan, ini rasa yang menjadi memori..

Saya hanya ingin bercerita tentang rasa yang ingin saya tinggalkan seutuhnya, setidaknya saya sudah memiliki kemauan untuk itu.

Bisa dikatakan bahwa mencintai seseorang adalah sebuah perjalanan. Jika kita telah mengembara begitu lama dengan sebuah rasa, menyapanya di pagi hari bersama embun, mengajaknya bermain sepanjang hari, mengajaknya bercerita kepada senja, dan menjadikannya jembatan mimpi di waktu malam. Hari demi hari berlalu dan kita masih saja menyimpan rasa itu, rasa yang begitu pemalu. Entah rasa itu atau memang diri kita sendiri yang tidak ingin menyatakannya, tidak mau atau tidak bisa?

Jika memang ada hukum dunia yang melarang jatuh cinta dengan seorang sahabat, menjadi wajar jika kita tidak akan pernah mengungkapkannya. Jika ada anggapan banyak orang bahwa cinta dapat merusak persahabatan, mungkin kita menjadi bagian dari banyak orang itu. Jika ada anggapan bahwa cinta dapat menciptakan jarak yang lebih jauh, mungkin ini menjadi ketakutan yang paling besar. Siap untuk menyatakan, siap pula untuk kehilangannya.

Perjalanan sebuah rasa pada akhirnya sampai di jalan buntu, yang membuat kita mau tidak mau untuk mundur. Siapa yang mau berdiam menunggu sesuatu yang belum pasti datang? Sebanyak itukah waktu yang disia-siakan? Tapi semudah itukah jika mundur? Setidakkuat itukah cinta? Serendah itukah batas kemampuan sebuah cinta?

Cinta tidak akan pernah habis untuk dibahas. Cinta tidak memiliki batas dari definisinya. Cinta yang saya katakan bisa berbeda dengan cinta yang kalian katakan, yang orang tua saya katakan, yang para penyanyi katakan. Iya benar, manusia memang merumitkan cinta. Saya akan menguraikan kata cinta dengan dua cara.

Pertama, cinta akan menemukan jalannya sendiri, bisa dikatakan bahwa cinta tidak akan berhenti di tengah jalan. Cinta kali ini adalah cinta yang berambisi untuk memiliki. Jika cinta ini sudah memiliki, lalu apalagi yang akan dilakukannya? Tujuan lain? Atau malah akan hilang begitu saja?

Kedua, sayang lebih kuat daripada cinta. Kenapa sayang? Bisa dibuktikan dengan pasangan orang tua kita yang telah lama menjalani pernikahan, cinta di antara mereka mungkin bisa hilang digerus waktu dan yang membuat mereka bertahan adalah kasih sayang mereka satu sama lain. Cinta yang diiringi kasih sayang mungkin akan bertahan lebih lama dan membuat bahagia yang lebih banyak dan berarti.

Dua rasa yang berjalan secara bersamaan, cinta dan sayang, mereka bisa saja berpisah dan saling meninggalkan. Jika cinta hilang meninggalkan sayang, sepasang sejoli tidak perlu takut karena kasih sayang akan selalu ada untuk menjaga, membuat nyaman, dan memberi bahagia. Sebaliknya jika hanya tersisa cinta, hanya keegoisan dan ambisi yang akan mengisi logika bahkan kalam hati.

Untuk kalian yang memilih mundur ketika mencintai orang yang belum tepat, kalian tidak memiliki bulat utuh rasa yang bernama cinta. Ada kasih sayang di sana yang mungkin berperan, berperan untuk mengajak mundur keegoisan dan ambisi, menyadarkan untuk merelakan seseorang itu memilih dan memiliki bahagianya sendiri, mengajak untuk mengungkapkan perasaan dengan cara yang lain, dengan jarak yang lebih jauh.

Cinta mungkin bisa meninggalkan hati, namun kasih sayang akan selalu menetap walaupun itu hanya di sudut hati.

Kehilangan tujuan dari rasa yang dimiliki bukan lah akhir dari segalanya. Jadikan saja perjalanan yang telah dilalui menjadi sebuah pengalaman dan bekal untuk menciptakan sebuah rasa yang baru, tentu untuk seseorang yang baru, yang semoga tidak lagi menemukan jalan buntu.

Setiap kali saya merelakan seseorang yang saya jadikan tujuan rasa untuk pergi, saya selalu berusaha untuk meninggalkan dengan cara apa adanya seperti awal mencintainya. Saya tidak akan sengaja menghancurkan memori, bahkan menjauh dari dirinya sejauh mungkin. Yang dibutuhkan adalah melatih diri sendiri untuk menerima dan lebih sabar menanti kejutan Maha Cinta yang jauh lebih indah.

Mungkin yang terbaik adalah meninggalkannya dan menjadikannya memori.

Semoga bermanfaat :)




Sunday, May 11, 2014

Surat untuk Ruth, Bernard Batubara

Surat untuk Ruth

Pantai Pok Tunggal, Yogyakarta

Oleh: Hany Nurulhadi


Identitas Buku
Judul            : Surat untuk Ruth
Penulis          : Bernard Batubara
Penerbit        : Gramedia Pustaka Utama
Editor           : Siska Yuanita
Desain cover : Marcel AW
Tahun terbit  : 2014
Tebal           : 165 Halaman


“Menunggu adalah perkara melebarkan kesabaran dan berhadap-hadapan dengan resiko ketidakhadiran.” Milana, hal 175.

Itu adalah potongan kecil dari cerpen berjudul Milana di buku ke-4 Bara, Kumpulan Cerpen Milana.

Apa hubungannya?

Penyuka The Beatles ini menjawab teka-teki siapakah sosok Areno Adamar dan mengapa Milana menunggunya di atas dek kapal feri, sebagaimana yang Bara tulis di cerpen berjudul Milana itu.

Surat untuk Ruth adalah buku ke-6 Bara yang menceritakan dua karakter dalam cerpen tersebut, Areno Adamar dan Ruthefia Milana atau Are dan Ruth nama panggilan dalam buku ini. Seperti judulnya, buku ini berwujud surat Are yang menguraikan satu per satu kisahnya dengan Ruth, tentu dengan sudut pandang hanya pada Are. Pertemuan dan perpisahan yang dikemas dalam tema cinta yang menjadi latar belakang kisah ini. Menurut saya, buku ini menjadi surat cinta paling panjang yang pernah saya baca.

Setting tempat yang diambil dari empat kota di Indonesia; Yogyakarta, Malang, Surabaya, dan yang mendominasi adalah Bali. Bali adalah titik awal dimana Are dan Ruth pertama kali bertemu, menjalin hubungan, dan berpisah pada akhirnya. Are adalah seorang travel photographer yang menetap di Yogyakarta, sedangkan Ruth adalah mahasiswi yang menetap di Surabaya. Mereka berdua adalah sepasang insan yang saling mencintai namun ditakdirkan Tuhan untuk tidak bersama. Are digambarkan dengan sosok yang terbuka dan apa adanya mengenai perasaannya terhadap Ruth, sebaliknya Ruth adalah perempuan yang penuh rahasia dan terkesan menutupi perasaan yang sesungguhnya. Dalam kisah ini, terlihat bahwa Are sangat mencintai Ruth karena Are begitu mengingat setiap hal yang mengenai perempuan itu dengan baik dan menghidupkannya melalui tulisan.

Pertemuan di pinggir dek kapal feri adalah kisah perkenalan mereka yang menjelaskan sosok Are pemotret senja dan Ruth pelukis senja. Are baru saja berpisah dengan kekasihnya, sedangkan Ruth juga sedang dalam ketidakjelasan perasaaannya terhadap mantan kekasihnya. Sejak saat itu, mereka memiliki banyak waktu berdua dan hubungan mereka berlanjut hingga rasa cinta berperan di antara mereka berdua.


Kamu perempuan yang menjadi alasan bagiku untuk kembali membuka hati setelah sekian lama memagari benda ringkih tersebut dengan dinding yang tebal dan tinggi.

Halaman 21

Are begitu mencintai dan menyayangi Ruth sebagaimana yang dia ungkapkan sering kali kepada perempuan Victorinox itu. Walaupun Ruth hanya sekali mengungkapkan cinta, dia juga sangat mencintai laki-laki yang selalu dinantinya itu.

Waktu yang banyak mereka curi untuk sekedar mengobrol di kafe, berjalan di tepi pantai dan menyelusuri tempat indah di Bali adalah perjalanan mereka yang dirangkai Bara dengan sangat rinci, yang sangat berhasil membuat saya seperti menembus dimensi ruang dan waktu layaknya berada dalam momen-momen tersebut, ini sudah menjadi khas dari tulisan-tulisan Bara.

Di salah satu isi buku ini, menceritakan perjalanan Are menuju Bali dengan kereta dari Surabaya. Bagian ini membuat saya berpikir bahwa Bara mengadopsi pengalaman-pengalamannya ketika dia mengerjakan novel ini. Saya sempat mengetahui Bara bercerita bahwa dia menyukai perjalanan darat khususnya dengan kereta. Pengalaman yang nyata membuat cerita ini hidup.

Hubungan dua sejoli ini tidak seperti kisah-kisah dongeng putri dan pangeran yang memiliki akhir bahagia selamanya dan banyak indah dalam kisahnya, kisah ini normal dan tidak terlalu mengandai-andai.

Perpisahan Are dan Ruth diawali dengan keputusan Ruth untuk menikah dengan mantan kekasihnya, seperti yang dikehendaki mamanya. Ruth mengambil keputusan ini semata-mata karena ingin membahagiakan mamanya. Are yang begitu mencintai Ruth tidak bisa berbuat apa-apa selain mengabadikan kisah mereka berdua dan sosok Ruth yang istimewa dalam tulisan memoar dan daftar-daftar yang dia buat sebelum pernikahan Ruth.

Di akhir cerita, kapal yang ditumpangi Are terbakar dan merenggut nyawa Are. Sedangkan di sisi lain, Ruth menanti Are di pinggir dek kapal feri dan ternyata tidak ada pernikahan di antara Ruth dan mantan kekasihnya.

Walaupun sebelumnya saya sudah mengerti akhir cerita ini dari cerpen Milana, Bara tetap saja berhasil membuat saya meneteskan air mata di halaman-halaman terakhir sampai akhir cerita.

Bagian awal di setiap bab selalu membuat penasaran dan sangat koheren dengan bab sebelumnya, yang membuat saya langsung membacanya hingga selesai tanpa jeda. Berkelana dengan sosok Are membuat saya terlempar dari momen ke momen yang terlihat nyata hingga saya dapat merasakan bagaimana perasaan mencintai seseorang dengan cara yang berbeda, Are yang begitu menunjukkan perasaannya dan Ruth yang mengungkapkan perasaannya melalui diam.

Bara pandai sekali menjadikan cerita di bab ke-9 sebagi prolog, cerita yang romantis dan membuat saya tersenyum. Bara juga pandai memilih diksi yang tepat sehingga sangat nyaman untuk dibaca. Salah satu alasan saya mencintai tulisan Bara yaitu kalimat-kalimat magisnya yang menghias apik buku-bukunya. Saya selalu menyiapkan buku catatan kecil dan pensil untuk mencatat ulang setiap kali membaca tulisan Bara.


Pada satu titik cinta akan habis tergerus, dan yang tersisa adalah sayang.

Halaman 26

Di halaman ini Bara mengajarkan para pembaca menguraikan makna cinta dan sayang. Saya yakin banyak pembaca yang akan bergumam dalam hati “Oh iya... Benar juga..” ketika membaca bagian ini.

Lalu mengapa Tuhan menakdirkan si A dan si B tidak bersama, tetapi memberi sejoli itu kesempatan dan kemungkinan untuk saling jatuh cinta?

Halaman 38

Mungkin ini menjadi pertanyaan yang tidak pernah berujung bagi setiap orang, yang akan terjawab ketika orang-orang sampai pada ujung kehidupannya. Di bagian ini, saya merasa nelangsa ketika membacanya karena saya juga pernah mengalaminya.


Ini ada satu lagi yang saya jadikan motivasi dan kesadaran..

Pencarian yang tidak kunjung menemukan, akhirnya berujung pada satu titik lelah. Namun, di saat lelah dan tidak lagi henda meneruskan pencarian, terkadang kita justru diberi kejutan: sebuah penemuan yang lebih menyenangkan.

Kesimpulannya: di saat kita tidak lagi mencari, di situlah kita akan menemukan.

Halaman 101-102

Akan menjadi beribu-ribu kata jika saya menulis semua yang saya catat, silahkan membaca dan menemukan harta karun kalian sendiri ya :)


Setelah mengusap air mata terakhir saya dan membaca ulang catatan yang saya buat, saya pun membuat kesimpulan sendiri bahwa terkadang kita juga akan merasakan kehilangan yang sangat mendalam ketika seseorang pergi, bahkan sebelum kita memilikinya sekali pun.


Untuk Bara,
Terima kasih untuk karya yang lagi-lagi sangat saya apresiasikan, tulisanmu indah sekali..
Kalau ditanya apakah ada kelemahan atau tidak, saya akan menjawab ada. Kekurangannya: saya masih ingin membaca surat cinta Are lebih panjang lagi, Bar.. atau kamu mungkin akan membuat Surat untuk Are? :)



Salam hangat dari Jogja

Friday, May 9, 2014

The Beatles dan Virzha, Bahagia di akhir April




Bahagia bernama apa jika seorang idola menyanyikan lagu dari salah satu band favorit? Bahagia yang terlalu bahagia? Bahagia yang tak ternilai? Bahagia yang mengharukan?

Di akhir April, saya mendapat mention dari @IndonesianIdol yang begitu mengejutkan. Bermodalkan iseng mengikuti #AskIdol beberapa hari sebelumnya, saya meminta Virzha untuk menyanyikan salah satu lagu The Beatles favoritnya. Entah Tuhan sedang bercanda atau menggoda saya, permintaan saya terpilih untuk dijawab dengan Virzha. 

Kenapa The Beatles?

Dari awal audisi, Di Muhammad Devirzha atau Virzha memakai baju The Beatles. Berhubung saya penggemar The Beatles, saya langsung terpesona dengan sosok Virzha yang gondrong, rock and roll, dan wajah yang sangat menarik. Virzha itu mirip James Morrison dan tidak ada musisi Indonesia yang sepertinya.

Oke ke The Beatles ya...

The Beatles lawas?

Beberapa orang mungkin berpendapat seperti itu karena mungkin mereka terbiasa mendengarkan lagu hanya lagu di jamannya. Saya dibesarkan oleh seorang bapak yang menggemari band beraliran rock seperti Queen, Deep Purple, dan band atau penyanyi luar negeri lainnya. Di saat saya masih SMP saya memiliki kekasih yang menyukai band atau penyanyi luar negeri seperti Boyzone, Lionel Richie, Air Supply, dan salah satunya The Beatles. Awalnya saya tidak mengetahui banyak tentang The Beatles. Imagine, Hey Jude, dan beberapa lagu lainnya saja yang saya mengerti. Mantan kekasih saya juga sempat membuat band tribut The Beatles dan meng-cover beberapa lagu band legendaris tersebut, bisa di-check Soundcloud-nya The Polythene. Kebiasaan dan lingkungan saya yang membuat saya cukup mengenal lagu-lagu jaman dulu.

Lagu-lagu The Beatles itu bisa menghibur di saat sedih, memberi semangat, mengajak bergoyang, sampai mengajak galau secara mendadak. John Lennon yang berkarisma dan pecinta damai, Paul yang romantis, George yang pendiam, dan Ringo yang lucu. Tidak akan pernah ada lagi musisi seperti mereka.

Lagu apa yang enak didengar?

Semua lagunya enak didengar apalagi di waktu santai atau ketika sedang menulis. Tapi untuk para pemula sih disarankan untuk mendengarkan Ticket to Ride, Imagine, This Boy, Here There and Everywhere, Let It Be, Blackbird, In My Life, While My Guitar Gently Weeps, All My Loving, Yesterday, Baby It’s You, I Want to Hold Your Hand, For No One, The Long and Winding Road, untuk lainnya juga tidak kalah asik kok.

Terima kasih untuk seseorang yang mengenalkan saya dengan The Beatles lebih dekat..

Ini video Virzha yang menyanyikan All My Loving Youtube





Terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat..