Surat
untuk Ruth
Oleh: Hany Nurulhadi
Identitas Buku
Judul :
Surat untuk Ruth
Penulis :
Bernard Batubara
Penerbit :
Gramedia Pustaka Utama
Editor :
Siska Yuanita
Desain cover :
Marcel AW
Tahun terbit :
2014
Tebal :
165 Halaman
“Menunggu adalah
perkara melebarkan kesabaran dan berhadap-hadapan dengan resiko
ketidakhadiran.” Milana, hal 175.
Itu adalah potongan
kecil dari cerpen berjudul Milana di buku ke-4 Bara, Kumpulan Cerpen Milana.
Apa hubungannya?
Penyuka The Beatles
ini menjawab teka-teki siapakah sosok Areno Adamar dan mengapa Milana
menunggunya di atas dek kapal feri, sebagaimana yang Bara tulis di cerpen
berjudul Milana itu.
Surat
untuk Ruth adalah buku ke-6 Bara yang menceritakan dua
karakter dalam cerpen tersebut, Areno Adamar dan Ruthefia Milana atau Are dan
Ruth nama panggilan dalam buku ini. Seperti judulnya, buku ini berwujud surat
Are yang menguraikan satu per satu kisahnya dengan Ruth, tentu dengan sudut
pandang hanya pada Are. Pertemuan dan perpisahan yang dikemas dalam tema cinta
yang menjadi latar belakang kisah ini. Menurut saya, buku ini menjadi surat
cinta paling panjang yang pernah saya baca.
Setting tempat yang
diambil dari empat kota di Indonesia; Yogyakarta, Malang, Surabaya, dan yang
mendominasi adalah Bali. Bali adalah titik awal dimana Are dan Ruth pertama
kali bertemu, menjalin hubungan, dan berpisah pada akhirnya. Are adalah seorang
travel photographer yang menetap di
Yogyakarta, sedangkan Ruth adalah mahasiswi yang menetap di Surabaya. Mereka
berdua adalah sepasang insan yang saling mencintai namun ditakdirkan Tuhan
untuk tidak bersama. Are digambarkan dengan sosok yang terbuka dan apa adanya
mengenai perasaannya terhadap Ruth, sebaliknya Ruth adalah perempuan yang penuh
rahasia dan terkesan menutupi perasaan yang sesungguhnya. Dalam kisah ini,
terlihat bahwa Are sangat mencintai Ruth karena Are begitu mengingat setiap hal
yang mengenai perempuan itu dengan baik dan menghidupkannya melalui tulisan.
Pertemuan di pinggir
dek kapal feri adalah kisah perkenalan mereka yang menjelaskan sosok Are
pemotret senja dan Ruth pelukis senja. Are baru saja berpisah dengan
kekasihnya, sedangkan Ruth juga sedang dalam ketidakjelasan perasaaannya
terhadap mantan kekasihnya. Sejak saat itu, mereka memiliki banyak waktu berdua
dan hubungan mereka berlanjut hingga rasa cinta berperan di antara mereka
berdua.
Kamu perempuan yang menjadi alasan bagiku untuk
kembali membuka hati setelah sekian lama memagari benda ringkih tersebut dengan
dinding yang tebal dan tinggi.
Halaman 21
Are begitu mencintai
dan menyayangi Ruth sebagaimana yang dia ungkapkan sering kali kepada perempuan
Victorinox itu. Walaupun Ruth hanya sekali mengungkapkan cinta, dia juga sangat
mencintai laki-laki yang selalu dinantinya itu.
Waktu yang banyak
mereka curi untuk sekedar mengobrol di kafe, berjalan di tepi pantai dan
menyelusuri tempat indah di Bali adalah perjalanan mereka yang dirangkai Bara
dengan sangat rinci, yang sangat berhasil membuat saya seperti menembus dimensi
ruang dan waktu layaknya berada dalam momen-momen tersebut, ini sudah menjadi
khas dari tulisan-tulisan Bara.
Di salah satu isi buku
ini, menceritakan perjalanan Are menuju Bali dengan kereta dari Surabaya. Bagian
ini membuat saya berpikir bahwa Bara mengadopsi pengalaman-pengalamannya ketika
dia mengerjakan novel ini. Saya sempat mengetahui Bara bercerita bahwa
dia menyukai perjalanan darat khususnya dengan kereta. Pengalaman yang nyata
membuat cerita ini hidup.
Hubungan dua sejoli
ini tidak seperti kisah-kisah dongeng putri dan pangeran yang memiliki akhir
bahagia selamanya dan banyak indah dalam kisahnya, kisah ini normal dan tidak
terlalu mengandai-andai.
Perpisahan Are dan
Ruth diawali dengan keputusan Ruth untuk menikah dengan mantan kekasihnya,
seperti yang dikehendaki mamanya. Ruth mengambil keputusan ini semata-mata
karena ingin membahagiakan mamanya. Are yang begitu mencintai Ruth tidak bisa
berbuat apa-apa selain mengabadikan kisah mereka berdua dan sosok Ruth yang
istimewa dalam tulisan memoar dan daftar-daftar yang dia buat sebelum
pernikahan Ruth.
Di akhir cerita, kapal
yang ditumpangi Are terbakar dan merenggut nyawa Are. Sedangkan di sisi lain,
Ruth menanti Are di pinggir dek kapal feri dan ternyata tidak ada pernikahan di
antara Ruth dan mantan kekasihnya.
Walaupun sebelumnya
saya sudah mengerti akhir cerita ini dari cerpen Milana, Bara tetap saja berhasil
membuat saya meneteskan air mata di halaman-halaman terakhir sampai akhir
cerita.
Bagian awal di setiap
bab selalu membuat penasaran dan sangat koheren dengan bab sebelumnya, yang membuat
saya langsung membacanya hingga selesai tanpa jeda. Berkelana dengan sosok Are
membuat saya terlempar dari momen ke momen yang terlihat nyata hingga saya dapat merasakan bagaimana perasaan mencintai seseorang dengan cara yang
berbeda, Are yang begitu menunjukkan perasaannya dan Ruth yang mengungkapkan
perasaannya melalui diam.
Bara pandai sekali
menjadikan cerita di bab ke-9 sebagi prolog, cerita yang romantis dan membuat
saya tersenyum. Bara juga pandai memilih diksi yang tepat sehingga sangat nyaman untuk dibaca. Salah satu alasan saya mencintai tulisan Bara yaitu
kalimat-kalimat magisnya yang menghias apik buku-bukunya. Saya selalu
menyiapkan buku catatan kecil dan pensil untuk mencatat ulang setiap kali
membaca tulisan Bara.
Pada
satu titik cinta akan habis tergerus, dan yang tersisa adalah sayang.
Halaman
26
Di halaman ini Bara
mengajarkan para pembaca menguraikan makna cinta dan sayang. Saya yakin banyak
pembaca yang akan bergumam dalam hati “Oh iya... Benar juga..” ketika membaca
bagian ini.
Lalu
mengapa Tuhan menakdirkan si A dan si B tidak bersama, tetapi memberi sejoli
itu kesempatan dan kemungkinan untuk saling jatuh cinta?
Halaman
38
Mungkin ini menjadi
pertanyaan yang tidak pernah berujung bagi setiap orang, yang akan terjawab
ketika orang-orang sampai pada ujung kehidupannya. Di bagian ini, saya merasa
nelangsa ketika membacanya karena saya juga pernah mengalaminya.
Ini ada satu lagi yang
saya jadikan motivasi dan kesadaran..
Pencarian
yang tidak kunjung menemukan, akhirnya berujung pada satu titik lelah. Namun,
di saat lelah dan tidak lagi henda meneruskan pencarian, terkadang kita justru
diberi kejutan: sebuah penemuan yang lebih menyenangkan.
Kesimpulannya:
di saat kita tidak lagi mencari, di situlah kita akan menemukan.
Halaman
101-102
Akan menjadi
beribu-ribu kata jika saya menulis semua yang saya catat, silahkan membaca dan
menemukan harta karun kalian sendiri ya :)
Setelah mengusap air
mata terakhir saya dan membaca ulang catatan yang saya buat, saya pun membuat
kesimpulan sendiri bahwa terkadang kita juga akan merasakan kehilangan yang
sangat mendalam ketika seseorang pergi, bahkan sebelum kita memilikinya sekali
pun.
Untuk Bara,
Terima kasih untuk karya
yang lagi-lagi sangat saya apresiasikan, tulisanmu indah sekali..
Kalau ditanya apakah
ada kelemahan atau tidak, saya akan menjawab ada. Kekurangannya: saya masih
ingin membaca surat cinta Are lebih panjang lagi, Bar.. atau kamu mungkin akan
membuat Surat untuk Are? :)
Salam hangat dari Jogja
No comments:
Post a Comment