Jika pada akhir waktu, rasa hati tidak aku ungkapkan, aku akan tetap berusaha membuatnya hidup dalam tulisan-tulisanku.

Sunday, May 11, 2014

Surat untuk Ruth, Bernard Batubara

Surat untuk Ruth

Pantai Pok Tunggal, Yogyakarta

Oleh: Hany Nurulhadi


Identitas Buku
Judul            : Surat untuk Ruth
Penulis          : Bernard Batubara
Penerbit        : Gramedia Pustaka Utama
Editor           : Siska Yuanita
Desain cover : Marcel AW
Tahun terbit  : 2014
Tebal           : 165 Halaman


“Menunggu adalah perkara melebarkan kesabaran dan berhadap-hadapan dengan resiko ketidakhadiran.” Milana, hal 175.

Itu adalah potongan kecil dari cerpen berjudul Milana di buku ke-4 Bara, Kumpulan Cerpen Milana.

Apa hubungannya?

Penyuka The Beatles ini menjawab teka-teki siapakah sosok Areno Adamar dan mengapa Milana menunggunya di atas dek kapal feri, sebagaimana yang Bara tulis di cerpen berjudul Milana itu.

Surat untuk Ruth adalah buku ke-6 Bara yang menceritakan dua karakter dalam cerpen tersebut, Areno Adamar dan Ruthefia Milana atau Are dan Ruth nama panggilan dalam buku ini. Seperti judulnya, buku ini berwujud surat Are yang menguraikan satu per satu kisahnya dengan Ruth, tentu dengan sudut pandang hanya pada Are. Pertemuan dan perpisahan yang dikemas dalam tema cinta yang menjadi latar belakang kisah ini. Menurut saya, buku ini menjadi surat cinta paling panjang yang pernah saya baca.

Setting tempat yang diambil dari empat kota di Indonesia; Yogyakarta, Malang, Surabaya, dan yang mendominasi adalah Bali. Bali adalah titik awal dimana Are dan Ruth pertama kali bertemu, menjalin hubungan, dan berpisah pada akhirnya. Are adalah seorang travel photographer yang menetap di Yogyakarta, sedangkan Ruth adalah mahasiswi yang menetap di Surabaya. Mereka berdua adalah sepasang insan yang saling mencintai namun ditakdirkan Tuhan untuk tidak bersama. Are digambarkan dengan sosok yang terbuka dan apa adanya mengenai perasaannya terhadap Ruth, sebaliknya Ruth adalah perempuan yang penuh rahasia dan terkesan menutupi perasaan yang sesungguhnya. Dalam kisah ini, terlihat bahwa Are sangat mencintai Ruth karena Are begitu mengingat setiap hal yang mengenai perempuan itu dengan baik dan menghidupkannya melalui tulisan.

Pertemuan di pinggir dek kapal feri adalah kisah perkenalan mereka yang menjelaskan sosok Are pemotret senja dan Ruth pelukis senja. Are baru saja berpisah dengan kekasihnya, sedangkan Ruth juga sedang dalam ketidakjelasan perasaaannya terhadap mantan kekasihnya. Sejak saat itu, mereka memiliki banyak waktu berdua dan hubungan mereka berlanjut hingga rasa cinta berperan di antara mereka berdua.


Kamu perempuan yang menjadi alasan bagiku untuk kembali membuka hati setelah sekian lama memagari benda ringkih tersebut dengan dinding yang tebal dan tinggi.

Halaman 21

Are begitu mencintai dan menyayangi Ruth sebagaimana yang dia ungkapkan sering kali kepada perempuan Victorinox itu. Walaupun Ruth hanya sekali mengungkapkan cinta, dia juga sangat mencintai laki-laki yang selalu dinantinya itu.

Waktu yang banyak mereka curi untuk sekedar mengobrol di kafe, berjalan di tepi pantai dan menyelusuri tempat indah di Bali adalah perjalanan mereka yang dirangkai Bara dengan sangat rinci, yang sangat berhasil membuat saya seperti menembus dimensi ruang dan waktu layaknya berada dalam momen-momen tersebut, ini sudah menjadi khas dari tulisan-tulisan Bara.

Di salah satu isi buku ini, menceritakan perjalanan Are menuju Bali dengan kereta dari Surabaya. Bagian ini membuat saya berpikir bahwa Bara mengadopsi pengalaman-pengalamannya ketika dia mengerjakan novel ini. Saya sempat mengetahui Bara bercerita bahwa dia menyukai perjalanan darat khususnya dengan kereta. Pengalaman yang nyata membuat cerita ini hidup.

Hubungan dua sejoli ini tidak seperti kisah-kisah dongeng putri dan pangeran yang memiliki akhir bahagia selamanya dan banyak indah dalam kisahnya, kisah ini normal dan tidak terlalu mengandai-andai.

Perpisahan Are dan Ruth diawali dengan keputusan Ruth untuk menikah dengan mantan kekasihnya, seperti yang dikehendaki mamanya. Ruth mengambil keputusan ini semata-mata karena ingin membahagiakan mamanya. Are yang begitu mencintai Ruth tidak bisa berbuat apa-apa selain mengabadikan kisah mereka berdua dan sosok Ruth yang istimewa dalam tulisan memoar dan daftar-daftar yang dia buat sebelum pernikahan Ruth.

Di akhir cerita, kapal yang ditumpangi Are terbakar dan merenggut nyawa Are. Sedangkan di sisi lain, Ruth menanti Are di pinggir dek kapal feri dan ternyata tidak ada pernikahan di antara Ruth dan mantan kekasihnya.

Walaupun sebelumnya saya sudah mengerti akhir cerita ini dari cerpen Milana, Bara tetap saja berhasil membuat saya meneteskan air mata di halaman-halaman terakhir sampai akhir cerita.

Bagian awal di setiap bab selalu membuat penasaran dan sangat koheren dengan bab sebelumnya, yang membuat saya langsung membacanya hingga selesai tanpa jeda. Berkelana dengan sosok Are membuat saya terlempar dari momen ke momen yang terlihat nyata hingga saya dapat merasakan bagaimana perasaan mencintai seseorang dengan cara yang berbeda, Are yang begitu menunjukkan perasaannya dan Ruth yang mengungkapkan perasaannya melalui diam.

Bara pandai sekali menjadikan cerita di bab ke-9 sebagi prolog, cerita yang romantis dan membuat saya tersenyum. Bara juga pandai memilih diksi yang tepat sehingga sangat nyaman untuk dibaca. Salah satu alasan saya mencintai tulisan Bara yaitu kalimat-kalimat magisnya yang menghias apik buku-bukunya. Saya selalu menyiapkan buku catatan kecil dan pensil untuk mencatat ulang setiap kali membaca tulisan Bara.


Pada satu titik cinta akan habis tergerus, dan yang tersisa adalah sayang.

Halaman 26

Di halaman ini Bara mengajarkan para pembaca menguraikan makna cinta dan sayang. Saya yakin banyak pembaca yang akan bergumam dalam hati “Oh iya... Benar juga..” ketika membaca bagian ini.

Lalu mengapa Tuhan menakdirkan si A dan si B tidak bersama, tetapi memberi sejoli itu kesempatan dan kemungkinan untuk saling jatuh cinta?

Halaman 38

Mungkin ini menjadi pertanyaan yang tidak pernah berujung bagi setiap orang, yang akan terjawab ketika orang-orang sampai pada ujung kehidupannya. Di bagian ini, saya merasa nelangsa ketika membacanya karena saya juga pernah mengalaminya.


Ini ada satu lagi yang saya jadikan motivasi dan kesadaran..

Pencarian yang tidak kunjung menemukan, akhirnya berujung pada satu titik lelah. Namun, di saat lelah dan tidak lagi henda meneruskan pencarian, terkadang kita justru diberi kejutan: sebuah penemuan yang lebih menyenangkan.

Kesimpulannya: di saat kita tidak lagi mencari, di situlah kita akan menemukan.

Halaman 101-102

Akan menjadi beribu-ribu kata jika saya menulis semua yang saya catat, silahkan membaca dan menemukan harta karun kalian sendiri ya :)


Setelah mengusap air mata terakhir saya dan membaca ulang catatan yang saya buat, saya pun membuat kesimpulan sendiri bahwa terkadang kita juga akan merasakan kehilangan yang sangat mendalam ketika seseorang pergi, bahkan sebelum kita memilikinya sekali pun.


Untuk Bara,
Terima kasih untuk karya yang lagi-lagi sangat saya apresiasikan, tulisanmu indah sekali..
Kalau ditanya apakah ada kelemahan atau tidak, saya akan menjawab ada. Kekurangannya: saya masih ingin membaca surat cinta Are lebih panjang lagi, Bar.. atau kamu mungkin akan membuat Surat untuk Are? :)



Salam hangat dari Jogja

No comments:

Post a Comment