Jika pada akhir waktu, rasa hati tidak aku ungkapkan, aku akan tetap berusaha membuatnya hidup dalam tulisan-tulisanku.

Thursday, December 4, 2014

Finish The Book of 2014


The Last Chapter



Maaf,

Untuk syukur yang jauh dari sempurna

Untuk keluh kesah yang tak pernah absen

Untuk bahagia dariku yang belum begitu nyata

Untuk rasa yang tercipta begitu saja


Terima kasih,

Untuk satu tahun yang memiliki banyak rasa

Untuk dua belas bulan yang menorehkan warna

Untuk tiga ratus hari yang melukis senyum

Untuk berjuta detik yang memberikan arti


Selamat tinggal,

Kamu...

Kita...

Waktu milik kita...



Selamat menanti kembali...




Friday, November 21, 2014

Bukan Kembali


Sesuatu yang mungkin sedang direncanakan oleh jarak dan waktu,




Jarak itu lucu.
Jarak itu seperti mengajakku bercanda, bahkan meledek diriku.
Aku tidak tau apakah kamu beranggapan sama denganku atau tidak.

Jika masih boleh mengingat tahun itu,
Aku seperti berada dalam dimensi itu lagi, menulis tentang dirimu, menangisi perpisahan kita, dan menyesali keputusanku.
Menyedihkan memang, namun penuh rasa dan harapan pada saat itu.

Aku benci sekali dengan diriku yang meninggalkanmu.
Aku benci sekali menghadapi jarak ketika aku hanya mampu melihatmu dalam sedih, atau bahkan jenuh karena jauh yang aku ciptakan ini.
Aku benci dengan diriku yang tidak berada di sisimu, memelukmu, menyatukan jari-jemari kita berdua, saling menatap kemudian tersenyum, dan kebiasaan lainnya yang aku rindukan.
Aku benci sekali dengan keputusan aku untuk perpisahan yang kamu iyakan.
Aku benci dengan diriku yang terlalu mencintaimu.
Aku benci dengan diriku yang selalu menunggumu.


Dan setelah mereka datang kemudian pergi lagi, 
mereka yang belum mampu menempatkan singgasana yang kamu tinggalkan.
Jarak menyapaku kembali,
Dengan membawamu,

Mungkin ini permainan waktu,
Menemukan aku dan kamu dalam satu tempat dimana kita saling mencintainya.
Kembali?
Bukan. Kamu tidak menyusulku.
Kamu sedikit berbeda, kamu sedikit membuatku lelah untuk mengenalmu lagi.
Namun, semua itu tidak berarti apa-apa dibandingkan sesuatu yang masih aku jaga sampai saat ini.

Yang aku pikirkan di tengah-tengah rinduku padamu saat ini,
Sesuatu yang mungkin
sedang direncanakan oleh jarak dan waktu

...
...
...
...

Menemukan kita berdua tanpa menyatukannya.




Tuesday, July 1, 2014

Menyapa

Selamat menunaikan ibadah di bulan Ramadhan bagi yang menjalankannya :)

Apa kabar pembaca? Duh, lupa menyapa kalian sebelum mem-posting Kota Kita. Nah, kali ini saya ingin menyapa kalian lagi nih, menanyakan kabar kalian, kesehatan kalian, sampai status kalian #eh. Gimana yang baru lulus dari bangku SMA seperti saya, sudah mendapatkan universitas? Masih berjuang? Masih menunggu pengumuman ujian ya? Hahaha ya ini lah yang sedang saya rasakan, menanti pengumuman SBMPTN dan UTUL UGM. Untuk kalian yang telah mendapatkan universitas jangan lupa melakukan sesuatu yang bermanfaat lebih banyak lagi, jangan sampai waktunya cuma dipakai untuk tidur dan menunggu azan magrib. Untuk teman-teman yang senasib dengan saya, jangan lupa tetap tawakal dan optimis sama hasil tesnya, optimis dalam arti apapun hasilnya percaya bahwa itu terbaik menurut Allah SWT.

By the way, saya menulis Kota Kita karena baru saja mantan kekasih saya ke Jogja #ciye hehe. Bukan, bukan sengaja mengunjungi saya kok. Dia kemari karena mengikuti tes keterampilan di salah satu universitas negeri dan mendaftar salah satu universitas swasta di sini. Alhamdulillah, kami masih dapat menjaga hubungan dengan baik sampai sekarang, hingga saya masih bisa menemaninya untuk sekedar makan di sudut kesayangan saya di Jogja :)

Selama hampir satu bulan ini, saya memang writeless sekali. Ada banyak hal yang ingin saya bagikan kepada kalian, dari puisi cinta yang biasanya sampai saran-saran sederhana untuk adik-adik yang masih di bangku SMA.

Menjadi pengangguran total setelah lulus SMA sampai bulan September? Duh, jangan dong! Nah, kalimat itu untuk saya sendiri. Sebelumnya saya lumayan bingung bagaimana mengendalikan waktu yang sepertinya sia-sia apabila saya habiskan dengan malas-malasan di rumah. Walaupun di kamar saya masih dapat membaca buku, menulis, atau memantau sosial media, saya tetap membutuhkan kegiatan yang lain. Akhirnya, saya mulai membuat to-do list berikut ini:

Renovasi kamar
Hore! Sudah hampir selesai, tempat tidur dan meja laptop sudah berubah posisi, poster The Beatles dan John Lennon yang sempat lepas sudah ditempel kembali, menempel foto kenangan sewaktu SMP dan beberapa notes di tembok, dan sekarang kenyamanan kamar meningkat 50% :)

Bersihin laptop
Maksudnya itu membersihkan dari ancaman virus, kebetulan punya teman yang jago di bidang ini kan lumayan menyembuhkan laptop yang mulai melamban ini #hiks

Bedah buku dan pakaian
Rencananya sebagian buku-buku pelajaran dan kamus akan saya jual karena rekening butuh asupan (ini sekalian promosi). Nah, untuk pakaian saya sepertinya ingin membuat semacam online shop untuk menjual sebagian baju yang sudah tidak saya pakai lagi. Saya juga menyisihkan beberapa untuk saya sumbangkan insha Allah terlaksana deh aamiin

Buat rekening di bank
Sebenarnya saya sudah memiliki rekening dua bank, yang satu masih atas nama bapak dan yang satu lainnya atas nama teman saya. Rencananya saya ingin membuat yang atas nama saya.

Kaos The Beatles
Eh ini mah bukan to-do list ya, mungkin lebih ke priority hehe

Belanja buku
Hore! Ini juga sudah terlaksana :)

Join @RBIB_Jogja
Insha Allah saya berniat untuk menjadi volunteer di kegiatan mengajar anak-anak di pinggiran kali Code ini. Untuk teman-teman yang berniat juga bisa menghubungi 0878 2230 3000 rbibjogja@gmail.com, kegiatan akan dilaksanakan lagi tanggal 23 Juli untuk buka bersama. Lengkapnya kalian bisa follow akun twitter-nya ya :)

Buka bersama
Saya rasa ini kegiatan rutin kalian juga selama bulan Ramadhan hehe

Semoga masih ada kegiatan lainnya yang bisa saya lakukan, seperti stand up comedy show, pameran, bazaar, pembacaan puisi, dsb. Sampai disini dulu aja ya, terima kasih sudah membaca curhatnya saya hehe :)


Sunday, June 29, 2014

Kedatanganmu (lagi)

Kota Kita



Ini tidak frontal, aku belum menyebutkan nama lengkapnya, maupun nama kesayangannya. Aku hanya ingin bercerita pada kalian tentang malaikat pelupaku. Jika dia membacanya, setidaknya dia tau apa yang aku rasakan, yang tidak mampu aku ungkapkan.


Hai malaikatku, mungkin kah kamu sedang mencoba mengingatku?

Aku masih ingat memberikan kata ‘pelupa’ di belakang kata malaikat untuk dirimu. Iya, ketika kita masih saling memiliki. Ketika itu kamu sedikit membuatku bersedih dan lupa untuk menciptakan senyum di bibir kita bersama. Ah, sudah lah aku telah berdamai dengan masa lalu kita yang begitu manis.

Andai saja semesta mengizinkan aku untuk menyebut lengkap namamu, tiga kata dari nama lengkapmu, dan tiga huruf nama panggilan kesayangan dariku untukmu. Benar, semesta tidak mengizinkannya, tetapi aku tidak dilarang untuk menceritakan tentang kamu, aku, dan kita untuk ke sekian kalinya.

Aku tidak bisa menerka berapa kali kamu jatuh pada hati orang lain setelah kita saling memutuskan untuk tidak lagi bersama. Aku juga tidak pernah ingin cari tau bagaimana kamu jatuh, seberapa lama, dan berpisah seperti apa. Bukan, bukan karena aku tidak lagi peduli denganmu. Entah, aku masih merasakan nyeri yang sama di dalam hati ini jika semesta menyadarkan aku bahwa kamu sudah memiliki dan dimiliki orang lain, mungkin aku yang belum sepenuhnya melepaskanmu atau rasa ini yang sudah mengakar kuat di kalam hati. Tak bisa dipungkuri, beberapa yang menetap di hati aku tidak pernah sanggup menyingkirkanmu di ruangan spesial hati ini.

Kita dipisahkan bukan karena kita saling menyakiti, bukan karena pertengkaran, bahkan karena perselingkuhan. Aku ingat benar bagaimana kita saling menyayangi, bagaimana kamu menyanyikan aku sebelum tidur, bagaimana kamu memelukku dengan begitu hangat, bagaimana kamu tersenyum untuk menghiburku, aku rindu memiliki kita, memiliki kamu. Dulu aku berpikir bahwa kita adalah pasangan yang akan selalu bersama, aku teramat mencintaimu dan menyayangimu, kamu pun begitu, aku selalu percaya itu. Kita juga selalu dan telah berangan tentang masa depan kita.

Aku mencintaimu dan mencintai kita. Aku menyayangimu dan menyayangi kita.

Kecewa adalah kata yang berkawan dekat dengan diriku akhir-akhir ini. Aku teringat, terakhir kita bersama, aku telah mengecewakan kita karena keadaanku, karena jarak yang aku ciptakan. Kamu tau? Aku sempat menyesal pernah memutuskan untuk pergi jauh dari kota kita yang dulu, andai saja kamu telah bersamaku sebelum aku memutuskannya. Namun, sekarang aku mulai menemukan alasan-alasan Allah yang sebelumnya tidak aku sadari.

Terima kasih, malaikatku. Terima kasih untuk detik yang kamu relakan untuk menengok aku, menengok kita. Terima kasih untuk mengajak lagi rasa ini bermain sejenak. Lebih dari 200 hari aku tidak melihat sosokmu secara nyata, menyentuhmu, dan mencium aroma tubuhmu yang aku suka sedari dulu.

Kamu datang ke kota istimewa ini, kota yang pernah kita jadikan mimpi kita berdua.

Kamu datang ke kota cinta ini, kota yang menjadi tempatku untuk mencintaimu dari kejauhan.

Kamu datang ke kota manis ini, kota yang pada akhirnya memberikan memori manis untuk kita berdua.

Kamu tidak pernah berubah, malaikatku. Hanya saja kamu bukan kamu milik aku yang dulu.

Malam itu, aku perkenalkan sudut manis kota ini, aku perkenalkan dengan kopi yang kamu suka, aku perkenalkan sudut-sudut kota yang berkaitan dengan kehidupanku, aku perkenalkan aroma cinta yang berada di sekeliling kita malam itu, dan aku sangat mensyukuri pertemuan kita yang singkat itu. Andai kamu mengerti bahwa aku sempat mengenalkan tempat dimana aku berdiam untuk melepaskan kita.

Aku bersyukur bisa menepati janjiku untuk membawamu ke tempat dimana kamu pasti menyukainya. Aku menyukai dimana kamu masih saja membawa beberapa memori kita yang dulu, kamu tidak sungkan untuk makan makananku dan minum minumanku, kebiasaanmu waktu kita bersama. Aku merindukannya, malaikat.

Aku bersyukur bisa berjalan di sampingmu lagi, di samping jagoanku, di samping calon imamku dulu, di samping penyanyi dan drummer terbaikku, di samping malaikatku yang pelupa dan lucu, di samping pelatih renangku yang spesial, di samping calon ustadku dulu, di samping laki-laki kesayanganku yang rela pipinya aku cubit, di samping laki-laki yang masih aku sayang.

Aku bersyukur, masih bisa menemukan senyummu, tawamu, dan candamu. Aku masih bisa sedikit mencium aroma tubuhmu, walaupun aku sempat mengurungkan niat untuk memelukmu dari belakang, seperti keinginanku dulu, kamu ingat?

Sejak kita tidak lagi bersama, aku tidak pernah berharap kamu untuk menepati janji menyusulku ke kota istimewa ini. Aku hanya masih menyadari rasa yang masih betah untuk menempati ruangan itu.

Aku tidak pernah mengerti alasan Yang Mahacinta mengizinkan sosokmu tinggal di ruangan spesial hati ini ketika beberapa yang lain mencoba untuk meninggalkan rasa di hati ini. Mengapa Dia tidak mengizinkan aku untuk melepaskan kamu secara utuh? Bahkan sampai saat ini, saat aku menulis ceritamu ini.


Malaikat pelupaku, aku tidak pernah berharap dengan kesempatan kedua yang mungkin akan datang, terlebih jarak. Aku hanya ingin menengok sebentar ke dalam hatimu, apakah masih ada sosok aku dan kisah kita?

Aku masih menunggu.


Monday, May 12, 2014

Menjadi Memori

Perkenalkan, ini rasa yang menjadi memori..

Saya hanya ingin bercerita tentang rasa yang ingin saya tinggalkan seutuhnya, setidaknya saya sudah memiliki kemauan untuk itu.

Bisa dikatakan bahwa mencintai seseorang adalah sebuah perjalanan. Jika kita telah mengembara begitu lama dengan sebuah rasa, menyapanya di pagi hari bersama embun, mengajaknya bermain sepanjang hari, mengajaknya bercerita kepada senja, dan menjadikannya jembatan mimpi di waktu malam. Hari demi hari berlalu dan kita masih saja menyimpan rasa itu, rasa yang begitu pemalu. Entah rasa itu atau memang diri kita sendiri yang tidak ingin menyatakannya, tidak mau atau tidak bisa?

Jika memang ada hukum dunia yang melarang jatuh cinta dengan seorang sahabat, menjadi wajar jika kita tidak akan pernah mengungkapkannya. Jika ada anggapan banyak orang bahwa cinta dapat merusak persahabatan, mungkin kita menjadi bagian dari banyak orang itu. Jika ada anggapan bahwa cinta dapat menciptakan jarak yang lebih jauh, mungkin ini menjadi ketakutan yang paling besar. Siap untuk menyatakan, siap pula untuk kehilangannya.

Perjalanan sebuah rasa pada akhirnya sampai di jalan buntu, yang membuat kita mau tidak mau untuk mundur. Siapa yang mau berdiam menunggu sesuatu yang belum pasti datang? Sebanyak itukah waktu yang disia-siakan? Tapi semudah itukah jika mundur? Setidakkuat itukah cinta? Serendah itukah batas kemampuan sebuah cinta?

Cinta tidak akan pernah habis untuk dibahas. Cinta tidak memiliki batas dari definisinya. Cinta yang saya katakan bisa berbeda dengan cinta yang kalian katakan, yang orang tua saya katakan, yang para penyanyi katakan. Iya benar, manusia memang merumitkan cinta. Saya akan menguraikan kata cinta dengan dua cara.

Pertama, cinta akan menemukan jalannya sendiri, bisa dikatakan bahwa cinta tidak akan berhenti di tengah jalan. Cinta kali ini adalah cinta yang berambisi untuk memiliki. Jika cinta ini sudah memiliki, lalu apalagi yang akan dilakukannya? Tujuan lain? Atau malah akan hilang begitu saja?

Kedua, sayang lebih kuat daripada cinta. Kenapa sayang? Bisa dibuktikan dengan pasangan orang tua kita yang telah lama menjalani pernikahan, cinta di antara mereka mungkin bisa hilang digerus waktu dan yang membuat mereka bertahan adalah kasih sayang mereka satu sama lain. Cinta yang diiringi kasih sayang mungkin akan bertahan lebih lama dan membuat bahagia yang lebih banyak dan berarti.

Dua rasa yang berjalan secara bersamaan, cinta dan sayang, mereka bisa saja berpisah dan saling meninggalkan. Jika cinta hilang meninggalkan sayang, sepasang sejoli tidak perlu takut karena kasih sayang akan selalu ada untuk menjaga, membuat nyaman, dan memberi bahagia. Sebaliknya jika hanya tersisa cinta, hanya keegoisan dan ambisi yang akan mengisi logika bahkan kalam hati.

Untuk kalian yang memilih mundur ketika mencintai orang yang belum tepat, kalian tidak memiliki bulat utuh rasa yang bernama cinta. Ada kasih sayang di sana yang mungkin berperan, berperan untuk mengajak mundur keegoisan dan ambisi, menyadarkan untuk merelakan seseorang itu memilih dan memiliki bahagianya sendiri, mengajak untuk mengungkapkan perasaan dengan cara yang lain, dengan jarak yang lebih jauh.

Cinta mungkin bisa meninggalkan hati, namun kasih sayang akan selalu menetap walaupun itu hanya di sudut hati.

Kehilangan tujuan dari rasa yang dimiliki bukan lah akhir dari segalanya. Jadikan saja perjalanan yang telah dilalui menjadi sebuah pengalaman dan bekal untuk menciptakan sebuah rasa yang baru, tentu untuk seseorang yang baru, yang semoga tidak lagi menemukan jalan buntu.

Setiap kali saya merelakan seseorang yang saya jadikan tujuan rasa untuk pergi, saya selalu berusaha untuk meninggalkan dengan cara apa adanya seperti awal mencintainya. Saya tidak akan sengaja menghancurkan memori, bahkan menjauh dari dirinya sejauh mungkin. Yang dibutuhkan adalah melatih diri sendiri untuk menerima dan lebih sabar menanti kejutan Maha Cinta yang jauh lebih indah.

Mungkin yang terbaik adalah meninggalkannya dan menjadikannya memori.

Semoga bermanfaat :)




Sunday, May 11, 2014

Surat untuk Ruth, Bernard Batubara

Surat untuk Ruth

Pantai Pok Tunggal, Yogyakarta

Oleh: Hany Nurulhadi


Identitas Buku
Judul            : Surat untuk Ruth
Penulis          : Bernard Batubara
Penerbit        : Gramedia Pustaka Utama
Editor           : Siska Yuanita
Desain cover : Marcel AW
Tahun terbit  : 2014
Tebal           : 165 Halaman


“Menunggu adalah perkara melebarkan kesabaran dan berhadap-hadapan dengan resiko ketidakhadiran.” Milana, hal 175.

Itu adalah potongan kecil dari cerpen berjudul Milana di buku ke-4 Bara, Kumpulan Cerpen Milana.

Apa hubungannya?

Penyuka The Beatles ini menjawab teka-teki siapakah sosok Areno Adamar dan mengapa Milana menunggunya di atas dek kapal feri, sebagaimana yang Bara tulis di cerpen berjudul Milana itu.

Surat untuk Ruth adalah buku ke-6 Bara yang menceritakan dua karakter dalam cerpen tersebut, Areno Adamar dan Ruthefia Milana atau Are dan Ruth nama panggilan dalam buku ini. Seperti judulnya, buku ini berwujud surat Are yang menguraikan satu per satu kisahnya dengan Ruth, tentu dengan sudut pandang hanya pada Are. Pertemuan dan perpisahan yang dikemas dalam tema cinta yang menjadi latar belakang kisah ini. Menurut saya, buku ini menjadi surat cinta paling panjang yang pernah saya baca.

Setting tempat yang diambil dari empat kota di Indonesia; Yogyakarta, Malang, Surabaya, dan yang mendominasi adalah Bali. Bali adalah titik awal dimana Are dan Ruth pertama kali bertemu, menjalin hubungan, dan berpisah pada akhirnya. Are adalah seorang travel photographer yang menetap di Yogyakarta, sedangkan Ruth adalah mahasiswi yang menetap di Surabaya. Mereka berdua adalah sepasang insan yang saling mencintai namun ditakdirkan Tuhan untuk tidak bersama. Are digambarkan dengan sosok yang terbuka dan apa adanya mengenai perasaannya terhadap Ruth, sebaliknya Ruth adalah perempuan yang penuh rahasia dan terkesan menutupi perasaan yang sesungguhnya. Dalam kisah ini, terlihat bahwa Are sangat mencintai Ruth karena Are begitu mengingat setiap hal yang mengenai perempuan itu dengan baik dan menghidupkannya melalui tulisan.

Pertemuan di pinggir dek kapal feri adalah kisah perkenalan mereka yang menjelaskan sosok Are pemotret senja dan Ruth pelukis senja. Are baru saja berpisah dengan kekasihnya, sedangkan Ruth juga sedang dalam ketidakjelasan perasaaannya terhadap mantan kekasihnya. Sejak saat itu, mereka memiliki banyak waktu berdua dan hubungan mereka berlanjut hingga rasa cinta berperan di antara mereka berdua.


Kamu perempuan yang menjadi alasan bagiku untuk kembali membuka hati setelah sekian lama memagari benda ringkih tersebut dengan dinding yang tebal dan tinggi.

Halaman 21

Are begitu mencintai dan menyayangi Ruth sebagaimana yang dia ungkapkan sering kali kepada perempuan Victorinox itu. Walaupun Ruth hanya sekali mengungkapkan cinta, dia juga sangat mencintai laki-laki yang selalu dinantinya itu.

Waktu yang banyak mereka curi untuk sekedar mengobrol di kafe, berjalan di tepi pantai dan menyelusuri tempat indah di Bali adalah perjalanan mereka yang dirangkai Bara dengan sangat rinci, yang sangat berhasil membuat saya seperti menembus dimensi ruang dan waktu layaknya berada dalam momen-momen tersebut, ini sudah menjadi khas dari tulisan-tulisan Bara.

Di salah satu isi buku ini, menceritakan perjalanan Are menuju Bali dengan kereta dari Surabaya. Bagian ini membuat saya berpikir bahwa Bara mengadopsi pengalaman-pengalamannya ketika dia mengerjakan novel ini. Saya sempat mengetahui Bara bercerita bahwa dia menyukai perjalanan darat khususnya dengan kereta. Pengalaman yang nyata membuat cerita ini hidup.

Hubungan dua sejoli ini tidak seperti kisah-kisah dongeng putri dan pangeran yang memiliki akhir bahagia selamanya dan banyak indah dalam kisahnya, kisah ini normal dan tidak terlalu mengandai-andai.

Perpisahan Are dan Ruth diawali dengan keputusan Ruth untuk menikah dengan mantan kekasihnya, seperti yang dikehendaki mamanya. Ruth mengambil keputusan ini semata-mata karena ingin membahagiakan mamanya. Are yang begitu mencintai Ruth tidak bisa berbuat apa-apa selain mengabadikan kisah mereka berdua dan sosok Ruth yang istimewa dalam tulisan memoar dan daftar-daftar yang dia buat sebelum pernikahan Ruth.

Di akhir cerita, kapal yang ditumpangi Are terbakar dan merenggut nyawa Are. Sedangkan di sisi lain, Ruth menanti Are di pinggir dek kapal feri dan ternyata tidak ada pernikahan di antara Ruth dan mantan kekasihnya.

Walaupun sebelumnya saya sudah mengerti akhir cerita ini dari cerpen Milana, Bara tetap saja berhasil membuat saya meneteskan air mata di halaman-halaman terakhir sampai akhir cerita.

Bagian awal di setiap bab selalu membuat penasaran dan sangat koheren dengan bab sebelumnya, yang membuat saya langsung membacanya hingga selesai tanpa jeda. Berkelana dengan sosok Are membuat saya terlempar dari momen ke momen yang terlihat nyata hingga saya dapat merasakan bagaimana perasaan mencintai seseorang dengan cara yang berbeda, Are yang begitu menunjukkan perasaannya dan Ruth yang mengungkapkan perasaannya melalui diam.

Bara pandai sekali menjadikan cerita di bab ke-9 sebagi prolog, cerita yang romantis dan membuat saya tersenyum. Bara juga pandai memilih diksi yang tepat sehingga sangat nyaman untuk dibaca. Salah satu alasan saya mencintai tulisan Bara yaitu kalimat-kalimat magisnya yang menghias apik buku-bukunya. Saya selalu menyiapkan buku catatan kecil dan pensil untuk mencatat ulang setiap kali membaca tulisan Bara.


Pada satu titik cinta akan habis tergerus, dan yang tersisa adalah sayang.

Halaman 26

Di halaman ini Bara mengajarkan para pembaca menguraikan makna cinta dan sayang. Saya yakin banyak pembaca yang akan bergumam dalam hati “Oh iya... Benar juga..” ketika membaca bagian ini.

Lalu mengapa Tuhan menakdirkan si A dan si B tidak bersama, tetapi memberi sejoli itu kesempatan dan kemungkinan untuk saling jatuh cinta?

Halaman 38

Mungkin ini menjadi pertanyaan yang tidak pernah berujung bagi setiap orang, yang akan terjawab ketika orang-orang sampai pada ujung kehidupannya. Di bagian ini, saya merasa nelangsa ketika membacanya karena saya juga pernah mengalaminya.


Ini ada satu lagi yang saya jadikan motivasi dan kesadaran..

Pencarian yang tidak kunjung menemukan, akhirnya berujung pada satu titik lelah. Namun, di saat lelah dan tidak lagi henda meneruskan pencarian, terkadang kita justru diberi kejutan: sebuah penemuan yang lebih menyenangkan.

Kesimpulannya: di saat kita tidak lagi mencari, di situlah kita akan menemukan.

Halaman 101-102

Akan menjadi beribu-ribu kata jika saya menulis semua yang saya catat, silahkan membaca dan menemukan harta karun kalian sendiri ya :)


Setelah mengusap air mata terakhir saya dan membaca ulang catatan yang saya buat, saya pun membuat kesimpulan sendiri bahwa terkadang kita juga akan merasakan kehilangan yang sangat mendalam ketika seseorang pergi, bahkan sebelum kita memilikinya sekali pun.


Untuk Bara,
Terima kasih untuk karya yang lagi-lagi sangat saya apresiasikan, tulisanmu indah sekali..
Kalau ditanya apakah ada kelemahan atau tidak, saya akan menjawab ada. Kekurangannya: saya masih ingin membaca surat cinta Are lebih panjang lagi, Bar.. atau kamu mungkin akan membuat Surat untuk Are? :)



Salam hangat dari Jogja

Friday, May 9, 2014

The Beatles dan Virzha, Bahagia di akhir April




Bahagia bernama apa jika seorang idola menyanyikan lagu dari salah satu band favorit? Bahagia yang terlalu bahagia? Bahagia yang tak ternilai? Bahagia yang mengharukan?

Di akhir April, saya mendapat mention dari @IndonesianIdol yang begitu mengejutkan. Bermodalkan iseng mengikuti #AskIdol beberapa hari sebelumnya, saya meminta Virzha untuk menyanyikan salah satu lagu The Beatles favoritnya. Entah Tuhan sedang bercanda atau menggoda saya, permintaan saya terpilih untuk dijawab dengan Virzha. 

Kenapa The Beatles?

Dari awal audisi, Di Muhammad Devirzha atau Virzha memakai baju The Beatles. Berhubung saya penggemar The Beatles, saya langsung terpesona dengan sosok Virzha yang gondrong, rock and roll, dan wajah yang sangat menarik. Virzha itu mirip James Morrison dan tidak ada musisi Indonesia yang sepertinya.

Oke ke The Beatles ya...

The Beatles lawas?

Beberapa orang mungkin berpendapat seperti itu karena mungkin mereka terbiasa mendengarkan lagu hanya lagu di jamannya. Saya dibesarkan oleh seorang bapak yang menggemari band beraliran rock seperti Queen, Deep Purple, dan band atau penyanyi luar negeri lainnya. Di saat saya masih SMP saya memiliki kekasih yang menyukai band atau penyanyi luar negeri seperti Boyzone, Lionel Richie, Air Supply, dan salah satunya The Beatles. Awalnya saya tidak mengetahui banyak tentang The Beatles. Imagine, Hey Jude, dan beberapa lagu lainnya saja yang saya mengerti. Mantan kekasih saya juga sempat membuat band tribut The Beatles dan meng-cover beberapa lagu band legendaris tersebut, bisa di-check Soundcloud-nya The Polythene. Kebiasaan dan lingkungan saya yang membuat saya cukup mengenal lagu-lagu jaman dulu.

Lagu-lagu The Beatles itu bisa menghibur di saat sedih, memberi semangat, mengajak bergoyang, sampai mengajak galau secara mendadak. John Lennon yang berkarisma dan pecinta damai, Paul yang romantis, George yang pendiam, dan Ringo yang lucu. Tidak akan pernah ada lagi musisi seperti mereka.

Lagu apa yang enak didengar?

Semua lagunya enak didengar apalagi di waktu santai atau ketika sedang menulis. Tapi untuk para pemula sih disarankan untuk mendengarkan Ticket to Ride, Imagine, This Boy, Here There and Everywhere, Let It Be, Blackbird, In My Life, While My Guitar Gently Weeps, All My Loving, Yesterday, Baby It’s You, I Want to Hold Your Hand, For No One, The Long and Winding Road, untuk lainnya juga tidak kalah asik kok.

Terima kasih untuk seseorang yang mengenalkan saya dengan The Beatles lebih dekat..

Ini video Virzha yang menyanyikan All My Loving Youtube





Terima kasih sudah membaca, semoga bermanfaat..

Friday, April 25, 2014

Surat untuk Ibu dan Bapak

Selamat membaca, kamu yang sedang ingin melukis rindu di atas kanvas bernama ‘pelukan’.


Adalah awal yang paling membingungkan membuat surat apalagi puisi untuk kalian, Bu, Pak.

Aku, putri tunggal kalian terlalu banyak memikul gengsi untuk memeluk kalian, dari pelukan  yang berwujud deretan puisi sampai pelukan yang nyata.

Bukan, bukannya aku malas untuk merangkai satu per satu kata untuk menguraikan sosok kalian.

Bukan pula aku yang tidak memiliki waktu untuk menggenggam pensil dan menulisnya di dalam buku biru muda puisiku.

Aku terlena oleh cinta-cinta lain yang sebenarnya semu.

Yang sebenarnya tidak tepat untuk aku memujanya begitu dalam.

Yang aku jadikan inspirasi untuk menulis surat atau puisi cinta.

Yang menguras imajinasiku dan menempati banyak sudut di kalam hati ini.



Benar, Bu, Pak.

Aku tidak sadar bahwa begitu dekatnya jarak kita, begitu banyak waktu yang kita miliki, begitu banyak topik hangat untuk kita bicarakan yang seharusnya bisa kita lahap dengan rakus, habis.

Mungkin Ibu yang terlalu gemar berkomentar dan menyalahkan apapun yang aku kerjakan.

Mungkin Bapak yang terlalu acuh dengan apa yang aku perjuangkan selama ini.

Aku yang tidak cukup berusaha menggantungkan bingkai bahagia di hati kalian dan bersyukur memiliki kalian. 


Aku melewati banyak sekali detik dan detak yang seharusnya bisa aku curi untuk membahagiakan kalian.

Sejak Ibu yang masih memiliki pipi tembam dan kencang, hingga kini yang sudah berubah menjadi sedikit keriput.

Sejak Bapak yang selalu menjadi orang terkuat di keluarga kecil ini, hingga kini telah menjadi yang terlemah di antara kita.


Hal yang tidak kalian ketahui dan yang akan membuat kalian sakit adalah bahwa aku pernah memiliki rasa iri kepada keluarga lain, Bu, Pak.

Ada beberapa hal yang mungkin tidak aku dapatkan dari kalian, yang membuatku seperti nelangsa tidak memilikinya.

Tapi mungkin harusnya aku menampar diriku sendiri atau bahkan melemparkan cermin ke arahku sendiri, hingga kepingan cermin itu menyobek naluriku agar diriku sadar.

Kalian selalu berusaha, menyakiti diri kalian, hingga mempertaruhkan hidup hanya untuk memenuhi kotak bahagia yang aku miliki, hanya milikku, bukan milik kalian.

Kalian selalu mengeja namaku setiap kalian berhadapan dengan Yang Mahacinta, nama yang diiringi doa paling tulus di seluruh semesta ini.

Kalian selalu menikmati sendiri luka yang aku ciptakan, mengabaikannya, melupakannya, dan menyayangiku lagi seperti biasanya.

Jauh seperti aku yang terkadang begitu lama memiliki keluh hingga tega menyakiti sumber cinta tulus milik kalian, hati kalian.


Maafkan aku, Bu, Pak.

Maafkan aku putri tunggal kalian, Bu, Pak.

Maafkan aku, anak kalian masih jauh dari kata baik untuk kalian, Bu, Pak.


Sekarang, mungkin saatnya untuk aku menunjukkan kepada banyak orang bahwa aku berterima kasih, menunjukkan cinta dan sayangku kepada kalian, yang sebenarnya begitu besar dan dalam.

Terima kasih untuk Ibu yang tidak pernah lelah menegurku, mencintaiku dengan amarah, dan yang selalu mengkhawatirkanku. Semoga Ibu selalu bersayapkan kekuatan untuk mengurusi suami dan anakmu.

Terima kasih untuk Bapak yang tidak pernah lelah mencari bekal bahagia keluarga kecil kita dan untuk kepercayaan yang bapak berikan, yang tidak diberikan ke putri tunggal lainnya. Semoga Bapak bisa menjadi yang terkuat lagi.


Mungkin suratku tidak bisa sepuitis surat yang aku tulis untuk seseorang yang aku cintai.

Mungkin juga aku tidak cukup pandai memilih diksi yang tepat dan hangat.

Namun, ini lah yang paling memiliki jujur dan kasih sayang.


Terima kasih @ladangsandiwara sudah mengajak aku untuk membuat surat ini. Cepat atau lambat aku akan memberikannya kepada mereka, sebelum sesal datang berkunjung.


Semoga rindumu bisa segera kamu lukiskan untuk mereka. Salam untuk mereka yang kamu rindukan..


-Putri tunggal yang gengsi