Sesuatu
yang mungkin sedang direncanakan oleh jarak dan waktu,
Jarak itu lucu.
Jarak itu seperti mengajakku bercanda, bahkan
meledek diriku.
Aku tidak tau apakah kamu beranggapan sama denganku
atau tidak.
Jika masih boleh mengingat tahun itu,
Aku seperti berada dalam dimensi itu lagi, menulis
tentang dirimu, menangisi perpisahan kita, dan menyesali keputusanku.
Menyedihkan memang, namun penuh rasa dan harapan
pada saat itu.
Aku benci sekali dengan diriku yang meninggalkanmu.
Aku benci sekali menghadapi jarak ketika aku hanya
mampu melihatmu dalam sedih, atau bahkan jenuh karena jauh yang aku ciptakan
ini.
Aku benci dengan diriku yang tidak berada di
sisimu, memelukmu, menyatukan jari-jemari kita berdua, saling menatap kemudian
tersenyum, dan kebiasaan lainnya yang aku rindukan.
Aku benci sekali dengan keputusan aku untuk
perpisahan yang kamu iyakan.
Aku benci dengan diriku yang terlalu mencintaimu.
Aku benci dengan diriku yang selalu menunggumu.
Dan setelah mereka datang kemudian pergi lagi,
mereka yang belum mampu menempatkan singgasana yang kamu tinggalkan.
Jarak menyapaku kembali,
Dengan membawamu,
Mungkin ini permainan waktu,
Menemukan aku dan kamu dalam satu tempat dimana
kita saling mencintainya.
Kembali?
Bukan. Kamu tidak menyusulku.
Kamu sedikit berbeda, kamu sedikit membuatku lelah
untuk mengenalmu lagi.
Namun, semua itu tidak berarti apa-apa dibandingkan
sesuatu yang masih aku jaga sampai saat ini.
Yang aku pikirkan di tengah-tengah rinduku padamu
saat ini,
Sesuatu yang mungkin
sedang direncanakan oleh jarak dan waktu
...
...
...
...
Menemukan kita berdua tanpa menyatukannya.