Saat ini yang kuridukan…
Semacam malu dan
rindu dengan barisan kata yang dulu sempat menjadi kepingan yang kususun dengan
cinta setiap harinya. Asal mereka tau, seorang Hany Nurulhadi rindu
mengabadikan rasa dan menenggelamkan diri sendiri dalam lautan kata hingga
menepikan detik yang terus berjalan maju meninggalkannya.
Bodoh! Tidak akan
sang waktu dengan cuma-cuma memberikan kesempatan diriku untuk menjabarkan
banyak hal yang telah kulalui selama ini, apalagi dengan ala kadarnya.
Aku harus
memiliki cara lain agar bisa merangkum segala rasa dengan seapik mungkin. Aku ingin
lagi-lagi semesta bertemu dengan barisan kata milikku yang selama ini
berpergian jauh. Masih kah kau
disana wahai semesta kata?
Saat ini aku
ingin menemukan lagi metode pengabadian waktu yang terindah, yang telah lama
kusingkirkan sendiri dalam belasan bulan lamanya.
Saat ini aku juga
masih merasa pantas untuk bercerita tentang cinta yang berlalu-lalang di kalam
hati. Tentunya mungkin dengan subjek yang berbeda karena pada akhirnya aku
mulai mampu untuk memberikan sentuhan cinta di semua hal yang aku temui, aku
lakukan, dan aku perjuangkan.
Sedikit berbeda,
aku harus lebih bekerja ekstra untuk benar-benar merasakan bahagia yang sangat
utuh dan begitu jernih, hingga aku mampu untuk bercermin melihat wajahku
sendiri, seolah-olah aku mampu melihat garis-garis bibirku yang tersenyum.
Hany, apakah tidak ada lagi bahagia
yang sederhana, yang pernah ditemukan waktu dahulu?
Bukan, bukan
karena sekarang aku lebih nelangsa. Mungkin saat ini banyak deretan pilihan
yang harus aku perjuangkan dengan sedikit mepikan beberapa kebahagiaan yang
biasanya cukup mudah hadir di tengah-tengah tenang, maupun penat sekalipun.
Akan selalu ada
kesederhanaan dalam bahagia di kamusku. Hanya saja saat ini beberapa membuatku
lebih kuat dengan cara merumitkan helai-helaian bahagia yang kupunya, agar
kuperjuangkan untuk bisa kudapatkan utuh lagi bahagia tersebut.
Aku ingin memulainya lagi,
menenggalamkan diri dalam lautan kata, membiarkan jiwa ini hanyut dengan cinta
sebagai arusnya. Aku ingin untuk tidak memendamnya lagi…
Salam rindu,
kata…
Dan kamu, Laras :)