Jika pada akhir waktu, rasa hati tidak aku ungkapkan, aku akan tetap berusaha membuatnya hidup dalam tulisan-tulisanku.

Sunday, May 5, 2013

Jog-Jakarta (1)


Lampu cinta yang pernah atau mungkin masih menyala.


Awalnya semua terasa seperti lubang kecil yang kosong, aku di dalamnya tidak bisa berbuat apa-apa, pandanganku terbatas, temanku hanya beberapa dan aku masih saja sama, aku masih membawa kenangan-kenanganku di tempat lama. Aku telah memiliki sahabat yang terlalu baik disini, aku menikmati persahabatan kami dan mereka sudah melakukan yang terbaik, mereka menemaniku. Namun terkadang waktu lagi-lagi membuatku resah, aku selalu memiliki rasa untuk pulang. Menemui mereka yang sudah banyak memberi cerita, mereka yang teramat istimewa di mataku dan mereka yang selalu menjadi magnetku untuk pulang. Mungkin benar, aku masih bisa membela rindu walaupun jarak ini membentang. Aku selalu berusaha menemui mereka sesering mungkin. Bagaimana kegiatan baruku? Hidupku terlalu datar, aku melakukan kegiatan yang sama setiap hari, temanku tidak bertambah dan aku terlalu bosan dengan semua. Aku menyesal meninggalkan tempat lamaku. 

Banyak hubungan baik yang lama-lama merenggang karena… Apalagi kalau bukan jarak. Aku sempat kehilangan seseorang yang awalnya selalu ada di dekatku. Ternyata, kami tidak terlalu kuat untuk bisa berhadapan dengan jarak. Terlalu banyak batas-batas yang berserakan, rindu yang terseok-seok, seharusnya aku dan dia mampu menatanya, seharusnya. Semua yang pernah ada tiba-tiba harus tersimpan begitu saja rapat-rapat. Setiap harinya aku hanya menunggu kapan sang waktu berpihak kepada kita, memberikan kita sebuah pertemuan dan pelukan. Aku hanya rindu, rindu menatap mata dan senyumya. Banyak malam yang kita habiskan hanya untuk saling mendengar suara, berbagi tawa tanpa saling menatap. Terkadang, aku ingin dia ada mengusap air mataku setiap malamnya di setiap rindu ini menemaniku. 

Kami hanya butuh sebuah waktu, dimana aku dan dia berada dalam dekat, dalam jarak dan hati.

Menunggu bukan perkara yang mudah untuk kami yang masih terlalu muda dan terlalu sok berani menantang jarak.

Aku pernah belajar mencintai jarak ini, hingga pada akhirnya aku tetap kalah. Dia juga kalah.

Banyak rasa dan kisah yang akhirnya hanya akan dikenang.

Aku harus belajar lagi, belajar untuk menerima, bukan menerimanya tapi melepaskannya. 

Kami memang lemah tapi aku masih percaya, rasa yang telah kami tanam, yang sekarang tumbuh itu masih belum tumbang. Kami hanya seolah-olah meninggalkannya, sementara. 

Hidupku masih berjalan. Aku dan kota yang istimewa ini. 

Meninggalkan untuk menanti suatu saat nanti?

No comments:

Post a Comment