Perkenalkan,
ini rasa yang menjadi memori..
Saya hanya ingin
bercerita tentang rasa yang ingin saya tinggalkan seutuhnya, setidaknya saya
sudah memiliki kemauan untuk itu.
Bisa dikatakan bahwa
mencintai seseorang adalah sebuah perjalanan. Jika kita telah mengembara begitu
lama dengan sebuah rasa, menyapanya di pagi hari bersama embun, mengajaknya
bermain sepanjang hari, mengajaknya bercerita kepada senja, dan menjadikannya
jembatan mimpi di waktu malam. Hari demi hari berlalu dan kita masih saja
menyimpan rasa itu, rasa yang begitu pemalu. Entah rasa itu atau memang diri
kita sendiri yang tidak ingin menyatakannya, tidak mau atau tidak bisa?
Jika memang ada hukum dunia yang melarang
jatuh cinta dengan seorang sahabat, menjadi wajar jika kita tidak akan pernah
mengungkapkannya. Jika ada anggapan banyak orang bahwa cinta dapat merusak
persahabatan, mungkin kita menjadi bagian dari banyak orang itu. Jika ada anggapan
bahwa cinta dapat menciptakan jarak yang lebih jauh, mungkin ini menjadi
ketakutan yang paling besar. Siap untuk
menyatakan, siap pula untuk kehilangannya.
Perjalanan sebuah rasa
pada akhirnya sampai di jalan buntu, yang membuat kita mau tidak mau untuk
mundur. Siapa yang mau berdiam menunggu sesuatu yang belum pasti datang? Sebanyak
itukah waktu yang disia-siakan? Tapi semudah itukah jika mundur? Setidakkuat itukah
cinta? Serendah itukah batas kemampuan sebuah cinta?
Cinta tidak akan
pernah habis untuk dibahas. Cinta tidak memiliki batas dari definisinya. Cinta yang
saya katakan bisa berbeda dengan cinta yang kalian katakan, yang orang tua saya
katakan, yang para penyanyi katakan. Iya benar, manusia memang merumitkan
cinta. Saya akan menguraikan kata cinta dengan dua cara.
Pertama, cinta akan
menemukan jalannya sendiri, bisa dikatakan bahwa cinta tidak akan berhenti di
tengah jalan. Cinta kali ini adalah cinta yang berambisi untuk memiliki. Jika cinta
ini sudah memiliki, lalu apalagi yang akan dilakukannya? Tujuan lain? Atau malah
akan hilang begitu saja?
Kedua, sayang lebih
kuat daripada cinta. Kenapa sayang? Bisa dibuktikan dengan pasangan orang tua
kita yang telah lama menjalani pernikahan, cinta di antara mereka mungkin bisa
hilang digerus waktu dan yang membuat mereka bertahan adalah kasih sayang
mereka satu sama lain. Cinta yang diiringi kasih sayang mungkin akan bertahan
lebih lama dan membuat bahagia yang lebih banyak dan berarti.
Dua rasa yang berjalan
secara bersamaan, cinta dan sayang, mereka bisa saja berpisah dan saling meninggalkan.
Jika cinta hilang meninggalkan sayang, sepasang sejoli tidak perlu takut karena
kasih sayang akan selalu ada untuk menjaga, membuat nyaman, dan memberi
bahagia. Sebaliknya jika hanya tersisa cinta, hanya keegoisan dan ambisi yang
akan mengisi logika bahkan kalam hati.
Untuk kalian yang
memilih mundur ketika mencintai orang yang belum tepat, kalian tidak memiliki
bulat utuh rasa yang bernama cinta. Ada kasih sayang di sana yang mungkin
berperan, berperan untuk mengajak mundur keegoisan dan ambisi, menyadarkan
untuk merelakan seseorang itu memilih dan memiliki bahagianya sendiri, mengajak
untuk mengungkapkan perasaan dengan cara yang lain, dengan jarak yang lebih
jauh.
Cinta
mungkin bisa meninggalkan hati, namun kasih sayang akan selalu menetap walaupun
itu hanya di sudut hati.
Kehilangan tujuan dari
rasa yang dimiliki bukan lah akhir dari segalanya. Jadikan saja perjalanan yang
telah dilalui menjadi sebuah pengalaman dan bekal untuk menciptakan sebuah rasa
yang baru, tentu untuk seseorang yang baru, yang semoga tidak lagi menemukan
jalan buntu.
Setiap kali saya
merelakan seseorang yang saya jadikan tujuan rasa untuk pergi, saya selalu
berusaha untuk meninggalkan dengan cara apa adanya seperti awal mencintainya. Saya
tidak akan sengaja menghancurkan memori, bahkan menjauh dari dirinya sejauh
mungkin. Yang dibutuhkan adalah melatih diri sendiri untuk menerima dan lebih
sabar menanti kejutan Maha Cinta yang jauh lebih indah.
Mungkin yang terbaik adalah
meninggalkannya dan menjadikannya memori.
Semoga bermanfaat :)