Jika pada akhir waktu, rasa hati tidak aku ungkapkan, aku akan tetap berusaha membuatnya hidup dalam tulisan-tulisanku.

Tuesday, August 27, 2013

Surat yang Kedua

Yogyakarta, 23 Agustus 2013 23:45
Bukan untuk diduga-duga atau diperkirakan. Iya, cinta...
Terlanjur jatuh, seolah-olah tak ingin bangun lagi. Iya, cinta...

Kamu tau...
Hanya dengan melihat wajahmu saja sudah mampu membuat lengkungan di bibirku,
Senyum itu, senyumku saat bersamamu adalah sebuah isyarat halus rasa yang aku tutup cukup rapat ini.
Aku mulai bosan membicarakan cinta dalam diam.
Namun aku tak pernah bosan memiliki rasa ini,
Rasa yang kurasa tidak sengaja aku rangkul.
Kapan egoku mengalah? Mengalah untuk mengungkapkan tumpah semua rasa langsung di hadapanmu.
Aku menatap matamu, tersenyum dan bicara soal rasa.
Sampai saat ini, yang bisa aku lihat hanyalah kamu dengan setiap inci sosokmu yang sukses membuatku mencintaimu secara utuh.
Aku suka melihatmu tertawa dan tersenyum jahil.
Tapi ekspresi datar dan dingin ketika kamu sibuk lah yang paling aku suka.
Aku suka melihat tatapanmu yang fokus.
Aku suka aroma tubuhmu.
Aku suka melihat bagian belakang tubuhmu, samping lehermu dan samping wajahmu.
Maaf, aku memang suka mencuri-curi waktu untuk bisa melihatmu dari samping ataupun belakangmu.
Aku terlalu payah untuk menyembunyikan senyum jika melihatmu dari depan.

Aku mencintaimu begitu saja dimulai dari detak jantung ini yang tidak pernah ramah ketika melihatmu., lalu aku berusaha menepis, tapi aku gagal. Akhirnya aku membiarkan saja rasa ini tumbuh hingga sekarang benar-benar jelas. Aku sadar aku menyayangimu karena aku selalu ingin menjadi orang yang pertama membantumu, ada untukmu dan mengerti kamu. Sekarang aku mulai menyukaimu, hingga aku ingin selalu berada didekatmu untuk memperhatikan sosokmu.
Apakah ini benar-benar rasa yang sudah benar-benar berdiri?
Di saat perasaan ini tumbuh pertama karena kata “cinta”, lalu “sayang” dan akhirnya “suka”.
Terimakasih waktu,
Sudah membiarkanku berkali-kali berdua bersamanya dalam rangkulanmu.

Kamu,
Terimakasih sudah membantuku merapikan hati ini hingga sekarang mampu menempatkan kamu di dalamnya secara rapi.

Kamu,
Sekarang rasa ini benar-benar berdiri dan jelas.

Cukup lengkap, aku mencintaimu, menyayangimu dan menyukaimu.

Satu yang kamu tau, aku tak pernah meminta tuntutan balasan senyum apalagi perasaan darimu.
Pernah memiliki rasa yang cukup rapat ini sudah mampu membuatku tersenyum.

No comments:

Post a Comment