Jika pada akhir waktu, rasa hati tidak aku ungkapkan, aku akan tetap berusaha membuatnya hidup dalam tulisan-tulisanku.

Friday, April 18, 2014

Cerita tentang Kereta

Sapa

Ada seseorang yang menanti kereta di salah satu sudut stasiun, kereta yang pernah menjadi miliknya telah lama dinanti, ribuan detik dan ratusan menit yang diberikan waktu cukup membuatnya bimbang, sedikit sabar atau mencari kereta lain yang bisa membawanya pergi. Di kesekian ribu detik, kereta itu datang dan akhirnya berhenti tepat di hadapannya. Seseorang itu membawa begitu banyak barang, barang-barang yang dulu biasa ia bawa dalam kereta itu, layaknya sebuah persiapan untuk melakukan sebuah perjalanan. Entah apa yang Tuhan rencanakan, ketika seseorang itu sibuk merapikan barang-barangnya, tiba-tiba saja pluit petugas berbunyi, kereta itu begitu cepat berjalan lagi, meninggalkannya. Seseorang itu hanya memiliki dua pilihan, mencari kereta lain atau menanti kereta itu hingga ia benar-benar siap mengantarnya lagi. Kereta itu datang kepadanya, mungkin masih menyimpan beberapa memori, tapi ia juga mungkin datang hanya untuk melihatnya sejenak, meyakinkan keadaannya, menguraikan rindu, dan akhirnya meninggalkannya lagi. Tidak peduli bahwa di sudut stasiun sana masih ada seseorang yang ingin ikut pergi, yang dulu, yang sempat ia jaga selama perjalanan, menjemputnya lagi, dan mengantarnya lagi.

Sapa...

Entah mengapa satu kata sederhana itu bisa menjadi sebuah harapan yang begitu berarti dan kuat. Satu kata yang mampu membongkar kotak memori, memanjakan rindu, dan menyusun satu-persatu harapan, lagi.

Bagi aku, menunggu adalah bukan perkara yang sederhana. Menunggu adalah sesuatu yang rumit, dimana aku harus memulai dengan kata “setia” dan “percaya”. Di tengah perjalanan, aku dihadapi dengan banyak rindu, yang hanya mampu aku tempatkan di ruangannya, yang dindingnya terbuat dari kesabaran dan penantian, membuat semua rindu itu diam untuk sekian waktu.


Adakah salah dari penantian panjang yang menanti sebuah sapa?
Adakah salah dari ruang rindu yang terbuka karena terketuk oleh sapa?
Adakah salah dari harapan yang tiba-tiba hidup lagi karena sebuah sapa?

Penantian yang mengajari bagaimana aku menyatukan rindu dan harapan menjadi sebuah bingkai yang aku gantung di dinding hati, yang aku jaga dengan cinta.

Penantian yang membuat aku percaya bahwa dia yang aku nantikan menjaga semua hal yang pernah kami miliki bersama.

Penantian yang meyakinkan aku bahwa dia akan kembali.

Dan sering kali, penantian lama hanya akan berujung pada penantian yang memiliki kecewa. Dia yang sempat menemaniku, pergi, dan kembali lagi hanya untuk melihatku.


Kedatangan dan kepergiannya menyadarkan aku bahwa Tuhan selalu menjadi Maha Pengatur Bahagia dan Maha Pemilik Waktu, yang akan membuatnya menjemputku suatu waktu nanti, menjagaku, menjemputku lagi, dan mengantarku lagi.

Aku menantimu kereta... hingga waktu yang masih Tuhan simpan di kotak rahasia-Nya.


No comments:

Post a Comment