Jika pada akhir waktu, rasa hati tidak aku ungkapkan, aku akan tetap berusaha membuatnya hidup dalam tulisan-tulisanku.

Wednesday, September 18, 2013

Menyatu dengan Milana

Meresensi Milana untuk tugas sekolah. Semoga bermanfaat :)

Menyatu



Judul buku  : Milana, Perempuan yang Menunggu Senja
Penulis        : Bernard Batubara
Penerbit      : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan      : 1
Tahun terbit: 2013 (April)
Jumlah hlm : 192
Ukuran       : 13 x 20 cm

Kumpulan cerpen Milana ini dipersembahkan oleh Bernard Batubara atau yang lebih akrab dipanggil Bara. Setelah berhasil memikat para pembaca dengan buku ketiganya Kata Hati yang membawa suasana Jogja di dalamnya, pemilik akun @benzbara_ di twitter ini akhirnya membuat buku kumpulan cerpen atau buku keempatnya. Sejak awal mengenal  Mas Bara di media sosial Twitter, saya sudah jatuh rasa dengan tulisan-tulisannya. Mas Bara seperti memiliki magnet kata, sastra dan rasa. Mungkin, semua pembacanya mampu terlarut dengan setiap ceritanya. Seperti biasa, dalam Milana kali ini Mas Bara pandai dalam membongkar pasang kata sehingga berubah menjadi barisan-barisan tulisan yang sejuk.


"Menunggu adalah perkara melebarkan kesabaran dan berhadap-hadapan dengan resiko ketidakhadiran."

"Mendedikasikan setiap detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun untuk menyambut sebuah kedatangan kembali. Untuk mendengar sebuah "Halo, ini aku, sudah pulang."

-Milana, hlm 175

Terdapat lima belas cerita pendek dalam bukunya kali ini yang ditulis sejak 2010 – 2013. Milana sendiri adalah salah satu judul dari cerpen di dalam buku ini, Mas Bara pun tidak mengerti mengapa harus Milana yang menjadi judul untuk buku ini. Dengan tema yang berbeda, membuat kita berhasil menyapa imajinasi dan mengaduk-aduk rasa. Tema yang ada bukan hanya cinta, tapi terdapat juga tentang keluarga dan kehidupan yang banyak menunjukkan perasaan sepi dan kehilangan. Milana sendiri menceritakan tentang penantian dan pertemuan. Ada juga beberapa cerpen yang mengandung unsur mistis dan sangat apik sekali dikemas. Seperti cerpen Tikungan, Jung dan Cermin yang berhasil membuat saya penasaran dengan akhir ceritanya. Dalam cerpen Beberapa Adegan yang Tersembunyi di Pagi Hari menggunakan gaya bahasa yang membuat angin, pagi, matahari, bulan, embun dan tepian daun seperti benar-benar hidup, memiliki perasaan yang seolah-olah seperti manusia. Ini salah satu favorit saya. Kebanyakan cerpen memang menunjukkan kesedihan dan kekecewaan, namun terkadang beberapa karakter akhirnya mendapatkan bahagia di akhir cerita.
Mas Bara juga berhasil membuat imajinasi saya bermain setiap membaca tulisannya. Entah mengapa, sering kali membuat saya seolah-olah benar-benar bisa merasakan perasaan yang diceritakan. Pemilihan diksi yang tepat juga salah satu yang menjadi alasan mengapa saya menyukai tulisan Mas Bara. Di setiap cerita tentang cinta, selalu saja romantis, manis, puitis namun tidak hiperbolis. Ilustrasi sihluette yang mendukung di setiap awal cerpen dan penuh teka-teki juga salah satu kecantikan buku ini. Memang terkadang terdapat narator yang berbeda-beda dalam satu cerita yang tidak begitu menunjukkan kekhasan masing-masing.
Bagaimanapun itu, pencinta sastra yang suka bermain-main dengan imajinasinya disarankan untuk membaca buku ini. Buku yang sangat direkomendasikan. Sebagai kumpulan cerpen tunggal pertamanya, Milana dan Mas Bara berhasil membuat pembaca merasa menjadi satu dengan cerita. Selalu ada penantian untuk buku-bukunya.




"Dan seseorang yang sedang jatuh cinta adalah peneliti yang mahir, bukan?"

No comments:

Post a Comment