Senyum
dan Doa
Untuk mengawali surat ini,
Selamat pagi, kota yang istimewa dan orang yang spesial
:)
Terima kasih sudah singgah sejenak di mimpiku malam
tadi.
Bercerita sedikit tentang masa lalu.
Perkenalan dan pandangan pertama tentangmu semula biasa
saja.
Tidak ada kata “Jatuh pada pandangan pertama”. Aku tidak
mengenalnya
Mungkin, alam memang tidak pernah bersuara untuk
memberi tanda bahwa waktu akan dengan mudahnya merangkul aku denganmu dalam suatu
suasana, hingga secara tidak sengaja aku tak mampu lagi menahan rasa ini untuk
tumbuh.
Aku bukan seseorang yang mudah untuk jatuh.
Aku memiliki tongkat yang cukup kuat untuk tidak jatuh
di tempat yang salah.
Namun,
bersamamu, tongkatku patah secara perlahan.
Jatuh ke arahmu adalah sesuatu yang menakutkan,
awalnya.
Jatuh ke arahmu adalah sesuatu yang selalu aku tidak-kan, awalnya.
Kamu,
Entah
bagaimana caranya Allah merubah namamu di hatiku.
Kamu hanya seseorang yang biasa waktu aku mengenalmu
pertama kalinya.
Namun,
Secara perlahan,
Kamu mampu membuat hatiku membisikkan namamu dan
menempatkanmu
di semua sisi yang sudah rapi.
Kamu mampu menyita malamku dan membuatku menyelipkan
namamu di setiap sujudku setiap harinya.
Mereka bilang, rasa ini hanya aku gantungkan pada
harapan yang semu.
Bagiku, sesemu apapun itu yang utama adalah membuat
kamu terjaga dalam senyum dan doa.
Ikhlas,
Bukan pelukan ataupun balasan rasa yang terpenting.
Rasa ini tidak ingin sepenuhnya diekori oleh semua
egoku,
Tidak ingin menjadi tamak, memilikimu seutuhnya.
Tidak ingin menjadi suatu ambisi, menuntut balas.
Insya Allah, tidak pernah mengeluh.
Insya
Allah, ketulusan yang mengawali rasa ini akan terus menuntun rasa ini untuk
tidak pernah menuntut lebih.
Allah selalu berhak memberikan balasan setiap perlakuan
dan jawaban setiap pertanyaan.
Disini, aku hanya memelukmu hangat dengan doa dan
senyumku.
Senyum, ya :)
No comments:
Post a Comment